Tradisional

Warung Empal Bu Warno Yogyakarta

Selatan Parkir Lantai II Pasar Beringharjo, YogyakartaJam Buka Umum 08.00-15.00
Telp: (0274) 7133267,081- 8272070

Warung itu menyempil, menghadap ke selatan. Luasnya tak lebih dari 10 meter persegi atau satu setengah kali kamar kos-kosan.  Letaknya di lantai 2 Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Dua buah meja yang ditata membentu huruf "L" ada disana. Bagian atasnya dilapisi kayu berwarna putih. Ada juga dua buah kursi panjang dari kayu berwarna coklat. 

Era Noviana, salah satu pengelola, mengatakan warung itu ada di lantai 2 tahun 1991. "Setelah Pasar Beringharjo terbakar," katanya. 

Saat ini Pungky Susilo, generasi ke tiga yang bertanggung-jawab. Sedangkan Era yang mengurus aktivitas operasional warung itu. 'Kalau saya tidak ada hubungan keluarga dengan simbah (Bu Warno - red)," katanya. 

Warung Bu Warno memang sudah menjadi legenda. "Biasanya yang mampir juga karena simbahnya langganannya simbah," katanya. "Ada yang dari Jakarta. Ada juga dari luar negeri." Sedangkan kalau dari Yogyakarta justru jarang.

"Dulu sempat ramai selama dua minggu," katanya. "Waktu itu setelah acaranya Benu Buloe (acara kuliner di Trans TV - red).

Menu andalan di warung ini Nasi Empal dengan sambal korek, petis dan lalapan. Ketika Gudeg.net menggigit daging empal terasa semua bagiannya lembut, serat-seratnya juga mudah hancur, kres. Rasanya gurih. Ada cairan berwarna putih kental keluar dari daging yang terbelah. Aromanya sedap, tidak prengus atau anyir. 

Rasa gurih itu berubah menjadi pedas yang kemranyas ketika dicampur dengan sambal korek.  Jika ingin sedikit manis bisa ditambah dengan petis. Petis yang kental dan hitam ini terbuat dari kaldu daging sapi. Rasanya manis, gurih, sedikit asin dan memiliki aroma daging yang khas.

Pungky mengatakan kekuatan masakan Bu Warno ada pada prosesnya. Baik empal dan abon dimasak dengan kayu bakar dan bumbu-bumbu alami. "Daging itu direbus selama 5 jam," katanya. "Setelah itu dibacem (diberi bumbu  - red) dan didiamkan selama 10 sampai 12 jam. Baru digoreng."

Menurut Pungky, tak semua daging bisa menjadi empal. "Hanya kisi dan gandik saja," katanya. "Itu daging di pangkal betis dan paha." Menurutnya, aktivitas hewan yang berpusat di kaki membuat daging dari bagian tersebut tak punya banyak kandungan lemak. 

Empal yang sedap dan ngangeni ini tak hanya membuat selebritis seperti seniman Butet Kartaredjasa ketagihan. "Sudjiwo Tedjo, Tora Sudiro, Olga Lydia dan Mike Amalia juga pernah mencoba," katanya. "Bahkan Henidar Amro pesannya di rumah." 

Bondan Winarno juga pernah mengajak Pungky untuk ikut pameran kuliner di Kalimantan, Banjarmasin, Samarinda dan Makasar. "Kalau di Jakarta hampir tiga bulan sekali dapat undangan," kata Pungky. "Percaya atau tidak di Jakarta laris. Belum sampai 3 jam sudah habis."  Padahal, ia membawa paru, rambak dan empal dalam jumlah besar. "Satu Luxio (Daihatsu Luxio - red) penuh."

Selain selebritis, keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga menjadi langganan. "Seminggu sekali sejak HB IX (Sultan Hamengkubuwono IX - red)," kata Pungky. "Kalau Sultan HB IX sukanya kacangan atau pipi sapi." 

"Sedangkan Sultan HB X, Jeng Dewi dan Jeng Abra sukanya empal kisi," kata Pungky.

Harga:
1 Nasi empal + 1 teh hangat = Rp. 19.000