Seniman & Budayawan
Cipto Subali
Beteng RT 63 RW 16, Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo INDONESIA

Ulasan
Ayahnya Dipo Pawiro adalah seorang dalang dan ibunya Saniyem adalah penari. Sejak kelas empat SR (tahun 1940-an), ia sudah mulai ikut mendalang dan belajar tari. Ia juga mendapatkan pelajaran seni dari Sunarko dan Widi Prayitno. Tokoh yang dikaguminya sekaligus sebagai kiblat keseniannya adalah Ki Narto Sabdo.
Karya yang pernah dihasilkannya antara lain Sendratari Ramayana yang bercerita tentang asal mula terjadinya gua Kiskendo; Bubrah Kawah Darsini, ritual ini mirip dengan ruwatan yang diadakan apabila sebuah keluarga mendapat menantu laki-laki untuk anak perempuan pertamanya.
Ruwatan Gadon yang diadakan secara massal dan tidak memungut biaya, perbedaannya dengan ruwatan secara umum adalah ruwatan gadon ini hanya membawa wayang beserta gamelan kemudian doa ruwatan, dan wayang tersebut tudak dimainkan seperti layaknya ruwatan pada umumnya, akan tetapi wayang tersebut hanya dipajang sebagai simbolik saja. Upacara ruwatan ini ia pelajari dari Romo Subari, yang kemudian dipraktekkan di masyarakat. Ki Cipto Subali bisa dinilai sebagai pelopor ruwatan yang demikian itu.
Prestasi yang pernah diraih adalah Juara Dua Lomba Goro-Goro Kamtibnas (1987). Pada tahun 2003, Ki Cipto Subali juga mendapat penghargaan dari Bupati Kulon Progo sebagai Penjaga Seni Tradis Rakyat, sebagai seniman dan pembina seni tradisi rakyat, kethoprak, wayang dan tari golek.