Seniman & Budayawan

Diyan Soegiyono

Wonosari, Gunung Kidul INDONESIA

Dunia kesenian telah menjadi bagian dari Diyan Soegiyono, sejak kecil ia sudah mengikuti ayahnya pentas dalang. Sejak kelas 4 Sekolah Rakyat Diyan seringkali membolos demi mengikuti ayahnya mendalang. Meskipun ayahnya seorang dalang, tapi Ki Imamdiharjo tidak menghendaki Diyan mengikuti jejaknya menjadi dalang.

Setamat PGAP ia dikirim ke pondok pesantren di Kudus dan PGA agar kesenian tidak merasuk ke dalam kehidupannya. Namun nampaknya,kesenian telah erat menyatu dengan Diyan, ia terus berupaya untuk memperdalam pengetahuan berkesenian. Pak Mantyo, salah satu pembina Konservatori Karawitan Surakarta adalah tokoh yang membimbingnya.

Akhirnya ia mulai menekuni dunia karawitan sejak bekerja di Departemen Agama Gunung Kidul tahun 1957. Sejak itu ia pentas karawitan di berbagai tempat di daerahnya. Ketekunannya membuahkan hasil, ia dipercaya untuk menjadi guru tidak tetap bidang seni karawitan di SGA, SMA Wonosari, juga membantu KRT Wasitodiningrat menyusun gendhing-gendhing yang akan disajikan pada siaran Monosuko RRI.

Pusat karawitan Pranama cabang Gunung Kidul adalah salah satu tempat yang dibina dan didirikannya, bahkan ia mengajar waranggana di Yayasan Widya Lestari Budaya Jakarta. Selain pembina, ia juga menjadi penyaji ceramah dalam berbagai kesempatan seminar.

Beberapa karya yang dianggapnya sukses adalah gendhing-gendhing untuk pergelaran karawitan tahun 1987 yang dipentaskan di gedung Sekretariat Negara Jakarta; gendhing pengiring MTQ; dan karya tulis tuntunan sindhenan yang digunakan untuk mengajar di Pusat Olah Vokal Waranggana Gunung Kidul. Kerja kerasnya dalam dunia karawitan membuahkan penghargaan seni Propinsi DIY.