Wisata Rohani
Masjid Pathok Negara Ad-Darojat Babadan Yogyakarta
Babadan, Gedongkuning, Banguntapan, Bantul Yogyakarta, INDONESIA

Ulasan
Karena latar belakang sejarah demikian ini, antara warga Babadan dengan Babadan
Baru Kentungan meskipun terpisah secara geografis namun tetap terjalin hubungan
yang harmonis. Setiap tahun menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, banyak
warga Babadan Baru yang datang ke Babadan untuk menggelar acara tradisi
nyadran. Silaturahmi setiap kegiatan nyadran tersebut berlanjut saat Lebaran
Idul Fitri tiba, karena banyak juga diantara mereka yang masih merupakan
saudara sedarah.
Tata Arsitektur
Pertama kali masjid ini dibangun pada tahun 1774, arsitektur Masjid Ad-Darojat
sama persis dengan ketiga masjid Patok Negara lainnya. Kesamaan bentuk masjid
tersebut terlihat hampir di semua bagian. Bangunan ruang utama masjid
menggunakan konstruksi joglo dengan empat soko guru dan terdapat pawestren
disampingnya. Serambi masjid menggunakan konstruksi bentuk limasan serta
terdapat kolam di sebelah timur masjid sebagai tempat bersuci sebelum memasuki
masjid, di depan masjid juga terdapat pohon kepel.
Dikarenakan pengusiran oleh Jepang pada tahun 1940-an, bersamaan dengan
boyongnya penduduk Babadan ke Kentungan, seluruh bangunan masjid ikut dipindah
dan dibangun kembali di daerah Kentungan. Tempat tersebut kemudian diberi nama
Kampung Babadan Baru. Baru pada tahun 1960-an bekas lokasi masjid di Babadan
kembali dibangun.
pada="" pembangunan="" awal="" di="" tahun="" 1964,="" bentuk="" masjid="" masih="" semi="" permanen.="" baru="" pada="" 1988="" dibangun="" kembali="" serambi="" tengah="" dengan="" sumber="" dana="" dari="" pemerintah="" dan="" swadaya="" masyarakat.="" meski="" mengalami="" perubahan,="" namun="" ciri="" khas="" sebagai="" pathok="" negara="" tetap="" dipertahankan,="" seperti="" mustoko="" yang="" disimpan="" baik.="" 1992="" bangunan="" induk="" utama="" dibongkar="" disarankan="" agar="" disesuaikan="" semula="" yakni="" joglo="" berasal="" kayu="" jati.<="" p="">
Pada tahun 1993 akhirnya pembangunan ruang utama masjid berhasil dilakukan dengan membangun joglo dengan 4 soko guru masing-masing setinggi 7 meter. Pembangunan kelengkapan masjid seperti serambi depan, gerbang masuk, serta tempat wudhu dan wc dilakukan pada tahun 2001. Atas kesepakatan para tokoh agama setempat pada tahun 2003, mustoko yang asli yang terbuat dari tanah liat tidak jadi dipasang dan diganti dengan mustoko dari kuningan. Meskipun demikian mustoko yang asli sampai sekarang masih tersimpan dengan baik di Masjid Ad-Darojat.
Melalui peranan masjid ini,
masyarakat Babadan begitu lekat dengan ajaran-ajaran Islam. Di tengah-tengah
masyarakat pada akhirnya memang muncul beragam pandangan. Namun keragaman ini
dapat disikapi denan bijak oleh warga masyarakat Babadan. Toleransi di kampung
santri Babadan sungguh dapat menjadi teladan dalam kehidupan beragama di
masyarakat. Terlebih dalam menyikapi adanya perbedaan pandangan di kalangan
masyarakat, perbedaan pandangan di kalangan umat Islam dalam menjalani syariat,
tidak berlkaku bagi masyarakt perkampungan santri Babadan. Rasa toleransi ini
telah terjalin sejak lama terutama dalm menghadapi bulan Ramadhan yakni pada
pelaksanaan sholat tarawih. Fanatisme perbedaan faham antara NU dan
Muhammadiyah dapat diantisipasi dengan baik oleh masyarakat Babadan.