Propinsi DIY
Pemerintah Daerah Propinsi DIY
Kompl. Kepatihan Danurejan, Yogyakarta INDONESIA 55112
Telp: +62-274-561515
Fax: +62-274-562811

Ulasan
Berbagai julukan yang sering dilontarkan untuk Kota Yogyakarta seperti Kota Perjuangan,
Kota Pariwisata, Kota Pelajar, Kota Budaya, dan yang paling populer yaitu Kota
Gudeg, memang bukanlah tanpa alasan. Peran Kota Yogyakarta untuk Indonesia memang
sangat besar terutama pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan. Maka tidaklah
berlebihan jika Pemerintah pusat memperbolehkan penggunaan nama daerahnya memakai
sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai
Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun
sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
STRUKTUR:
Gubernur: Sri Sultan HB X
Wakil Gubernur: G.P.A.A PAKU ALAM IX
Sekretaris Daerah: Ir. Tri Harjun Ismail, Msc
Gubernur: Sri Sultan HB X
Wakil Gubernur: G.P.A.A PAKU ALAM IX
Sekretaris Daerah: Ir. Tri Harjun Ismail, Msc
Sebagai Daerah Otonom, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-Undang
Nomor: 3 Tahun 1950 jo Nomor : 19 tahuin 1950 terbagi dalam 5 Daerah Tingkat II
yang terdiri satu daerah Kota Madya dan empat Kabupaten masing-masing :
a. Kota Madya Yogyakarta, terdiri dari 14 Kecamatan dan 45 Kelurahan.
b. Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman, terdiri dari 17 Kecamatan dan 86 Desa.
c. Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul, terdiri dari 17 Kecamatan dan 75 Desa.
d. Kabupaten Daerah Tingkat II Kulonprogo, terdiri dari 12 Kecamatan dan 75 Desa.
e. Kabupaten Daerah Tingkat II Gunung Kidul, terdiri dari 18 Kecamatan dan 144 Desa.
a. Kota Madya Yogyakarta, terdiri dari 14 Kecamatan dan 45 Kelurahan.
b. Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman, terdiri dari 17 Kecamatan dan 86 Desa.
c. Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul, terdiri dari 17 Kecamatan dan 75 Desa.
d. Kabupaten Daerah Tingkat II Kulonprogo, terdiri dari 12 Kecamatan dan 75 Desa.
e. Kabupaten Daerah Tingkat II Gunung Kidul, terdiri dari 18 Kecamatan dan 144 Desa.
LETAK GEOGRAFIS DIY
Letak Astronomi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 7°15- 8°15 Lintang Selatan dan
garis 110°5- 110°4 Bujur Timur, dengan batas wilayah:
· Sebelah Barat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
· Sebelah Barat Laut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
· Sebelah Timur Laut Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
· Sebelah Timur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
· Sebelah Selatan Samudera Indonesia.
Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 km2 terdiri atas Kota Yogyakarta
32,50 km2 , Kabupaten Sleman 574,82 km2 , Kabupaten Bantul 506,85 km2 ,Kabupaten
Kulon Progo 586,27 km2,Kabupaten Gunung Kidul 1485,36 km2.
IKLIM
a. Temperatur
Temperatur harian rata-rata berkisar antara 26,6°C sampai 28,8° C sedang temperatur minimum 18° C dan maximum 35°C.
b. Kelembaban Udara
Kelembabab udara rata-rata 74 % dengan kelembaban minimum 65 % dan maximum 84 %.
c. Curah hujan
Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Pebruari, April. Curah hujan tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Pebruari dan curah hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.
a. Temperatur
Temperatur harian rata-rata berkisar antara 26,6°C sampai 28,8° C sedang temperatur minimum 18° C dan maximum 35°C.
b. Kelembaban Udara
Kelembabab udara rata-rata 74 % dengan kelembaban minimum 65 % dan maximum 84 %.
c. Curah hujan
Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Pebruari, April. Curah hujan tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Pebruari dan curah hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.
KEADAAN ALAM
· Disebagian utara seluas lebih kurang 4 % tanah miring (kelanjutan dari gunung
berapi) dengan sifat-sifat: wilayah hujan, kaya akan mata air dan sangat subur.
· Dibagian selatan/barat seluas lebih kurang 7 % dari barat ke arah selatan dengan ketinggian semakin rendah berakhir pada daratan pantai alluvial dengan sifat tanah: wilayah hujan, banyak mata air.
· Dibagian tengah seluas 41 % merupakan tanah datar/ngarai dengan sifat tanah cukup subur, jaringan pengairan baik dengan penduduk yang padat.
Tipe Tanah
· Tanah Regosal/vulkanis muda yang terletak antara sungai Progo dan sungai Opak (di Kabupaten Sleman dan Bantul)
· Tanah Latosol dan Inargalit terletak di atas batu kapur terdapat di daerah Gunung Kidul dan perbukitan Kabupaten Bantul serta Kabupaten Kulonprogo.
· Tanah Alluvial dan Regosal terdapat di sepanjang selatan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo.
· Dibagian selatan/barat seluas lebih kurang 7 % dari barat ke arah selatan dengan ketinggian semakin rendah berakhir pada daratan pantai alluvial dengan sifat tanah: wilayah hujan, banyak mata air.
· Dibagian tengah seluas 41 % merupakan tanah datar/ngarai dengan sifat tanah cukup subur, jaringan pengairan baik dengan penduduk yang padat.
Tipe Tanah
· Tanah Regosal/vulkanis muda yang terletak antara sungai Progo dan sungai Opak (di Kabupaten Sleman dan Bantul)
· Tanah Latosol dan Inargalit terletak di atas batu kapur terdapat di daerah Gunung Kidul dan perbukitan Kabupaten Bantul serta Kabupaten Kulonprogo.
· Tanah Alluvial dan Regosal terdapat di sepanjang selatan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo.
KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan registrasi tahun 1991 sebanyak 3.004.046 jiwa. Pada tahun 1995 jumlah penduduk tercatat sebanyak 3.154.265 jiwa dengan perincian; Kota Yogyakarta 466.313 jiwa, Kabupaten Sleman 794.101 jiwa,Kabupaten Bantul 740.535 jiwa,Kabupaten Kulonprogo 428.630 jiwa dan Kabupaten Gunung Kidul 724.685 jiwa.Kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta rata-rata 990.10 jiwa/km22 (Sumber data: Kantor Statistik DIY)
Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan registrasi tahun 1991 sebanyak 3.004.046 jiwa. Pada tahun 1995 jumlah penduduk tercatat sebanyak 3.154.265 jiwa dengan perincian; Kota Yogyakarta 466.313 jiwa, Kabupaten Sleman 794.101 jiwa,Kabupaten Bantul 740.535 jiwa,Kabupaten Kulonprogo 428.630 jiwa dan Kabupaten Gunung Kidul 724.685 jiwa.Kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta rata-rata 990.10 jiwa/km22 (Sumber data: Kantor Statistik DIY)
SEJARAH
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan
Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September
1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah
Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia
menurut pasal 18 UUD 1945.
Pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan
bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh
Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan
Pekerja Komite Nasional Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari
Kesultanan maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu
DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan
dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom,
sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan masih tetap
berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang meliputi
daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten
Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa
daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo
ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta.
Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh
Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah
Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan
adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah,
di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta
sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman Poerwokusumo yang kedudukannya
juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap menjadi Pimpinan Legislatif
yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang. DPRD Kota Yogyakarta
baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu
1955. Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil
Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya
Yogyakarta.
Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun
1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut,
DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang dipimpin oleh Kepala Daerah
dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala
Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat
dan cara pengankatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya
bagi beliiau Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan
Kotamadya Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan
cara pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.
Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan pemerintahan
di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah Undang-undang No.22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah menyelenggarakan
otonomi daerah secara luas,nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan
untuk Kotamadya Dati II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk
pemerintahannya disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta
sebagai Kepala Daerahnya.