Seniman & Budayawan
Johni Gudel
Rotowijayan, Yogyakarta INDONESIA

Ulasan
Johni Gudel, pelawak kelahiran kampung Rotowijayan tahun 1920 ini memulai karir dalam dunia lawak sejak usia 8 tahun. Masa kanak-kanak dihabiskan dengan bermain-main di sekitar Kraton Yogyakarta dengan pemikiran bahwa cita-cita menjadi abdi dalem lekas terwujud. Ternyata naluri kesenian-lah yang tergugah ketika menyaksikan tari-tarian, wayang, ketoprak, dan mendengarkan gendhing gamelan. Kesenian ketoprak berhasil mencuri perhatian Johni Gudel kecil.
Di usia 8 tahun, ia bergabung dengan kelompok ketoprak lesung di Tirtonaden yang setiap saat manggung di sekitar Kraton. Karena masih bocah, postur tubuhnya terasa karikatural jika memerankan sebuah tokoh tertentu. Akibatnya permainan menjadi sarat akan lelucon. Ia pun semakin terbenam dalam kesenian, khususnya ketoprak dan seni lawak.
Setelah puas di ketoprak lesung, Johni Gudel bergabung dengan ketoprak profesional Mardi Wandowo yang cukup terkenal saat itu. Ada Basiyo, Rukiman, Harjo Lancip, dan sebagainya. Di lingkungan ini, eksitensinya sebagai pelawak semakin mantab seiring dengan perjalanannya ke berbagai kota di Jawa. Saat manggung di Tegal, Teguh, pimpinan Srimulat, mengajaknya bergabung dan segera berangkat ke Surabaya untuk panggung pementasan yang lebih besar. Namanya kian menanjak sejajar dengan S. Bagio, Kwartet Jaya.
Tahun 1975 ditinggalkannya Srimulat dan berpisah dengan teman seangkatan Benny, Bondan, Paimo, Brontoyudo, dan Eddy Geyol. Bersama denagn Suroto, Sumiati, Rus Pentil, Karjo ACDC, ia bergabung dalam Ria Jaya yang berada di Jakarta. Namun kelompok ini bubar dan melahirkan Palapa Grup dan Atmonadi Grup. Gudel begabung dengan Atmonadi.
Sebagai pelawak tenar, banyak produsen film layar lebar memanfaatkan popularitasnya. Tahun 1976-1978, Gudel ikut membintangi film serial Ateng di bawah sutradara Hasmanan, Lahirnya Gatotkaca, Buah Bibir, Walang Kekek, dan Mayat Cemburu. Dua judul terakhir diproduksi berama dengan Srimulat. Tak lama Gudel keluar dari Atmonadi Grup dan kembali ke Jogja.
Di kota kelahirannya ini, Gudel bermain kembali dengan Yanto putra Atmonadi, Hardi dan Nining. Selain main di TVRI, Gudel juga bermain di berbagai kota di Indonesia, seperti Samarinda, Balikpapan, Palembang, Bangka, Bali, dan sebagainya. Terakhir kali, Gudel bermain monolog di TVRI karena kondisi fisik yang semakin turun.