Seniman & Budayawan
F.B. Soeharto
Dipowinatan MG I / 285 Yogyakarta INDONESIA
Ulasan
F.B. Soeharto, seniman tari klasik gaya Yogyakarta ini lahir pada tanggal 4 Januari 1920 di Yogyakarta dari keluarga bangsawan sekaligus seniman. Ayahnya, Hardjosuwongso adalah seorang penari Bugis yang tangguh (Lurah Bugis). Meskipun demikian, salah seorang gurunya memvonis kalau F.B. Soeharto tidak akan pernah menjadi seorang penari karena bentuk kakinya yang tidak ideal.
Dalam perjalanan kariernya, F.B. Soeharto mampu mematahkan vonis gurunya dan justru ia dikenal sebagai spesialis tari Gagah Kambeng Yogyakarta yang notabene sikap gerak-geriknya bertumpu pada kekuatan dan keindahan pada kaki. F.B. Soeharto mengawali perjalanan tarinya pada tahun 1937 di Kridha Beksa Wiratama Yogyakarta. Secara intensif, ia mempelajari tari klasik Yogyakarta langsung di bawah bimbingan G.P.H. Tedjakusuma dan beberapa tokoh tari lainnya.
Sebagai penari, dalam kurun waktu 1937-1964, ia mencatat banyak pengalaman, seperti pergelaran langen mandra wanara, menari lawung saat pertama kali ditarikan di luar Kraton, peraga dalam lomba joget aneh, menarikan love dance yang pertama kali dipentaskan di pendapa Taman Siswa bersama Sutanti Pringgobroto, dalam berbagai repertoar sendratari Mataram, baik di Kridha Beksa Wirama, Among Beksa Kraton Yogyakarta, Irama Citra, dan sebagainya.
Sebagai penari klasik, ia adalah sosok seniman yang memiliki wawasan positif terhadap perkembangan tari di masa-masa berikutnya. Ini dibuktikan ketika ia bergabung dengan Pusat Pelatihan Tari Bagong Kusudiardjo sejak 1960 di awal karir tarinya. F.B. Soeharto juga terlibat dalam pementasan karya Bagong, seperti Sendratari Pangeran Diponegoro (sebagai Pangeran Diponegoro, 1969), sendratari Gadjah Mada (sebagai Gadjah Mada, 1959), dan lain sebagainya.
Selain itu, sebagai duta bangsa Indonesia, ia melakukan lawatan ke Cina, Eropa Timur, Kamboja, Jepang, Filipina, Mesir, dan sebagainya. Pengalaman sebagai pengajar tari dimulai di Kridha Beksa Wirama, Among Beka Kraton, Taman Siswa, Irama Citra, dan jurusan Seni Tari Fakultas Kesenian ISI Yogyakarta.
Setelah beberapa tahun tidak berkarya, F.B. Soeharto muncul kembali di tahun 1980 sebagai Ontorejo yang harus berperang melawan Burisrawa (Bagong Kusudiardjo) dalam suatu pergelaran wayang wong tiga zaman; 1981 sebagai Bathara Bayu dalam lakon Rama Nitik; 1984 sebagai Dandun Wacana dalam kisah Babat Alas.
Dunia tari telah melambungkan namanya, walaupun sebenarnya ia pengajar luar biasa elektro dan ilmu ukur tanah di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dan Universitas Atma Jaya, juga pernah dinas Militer Luchtvart.