Upacara Adat & Festival Budaya

Rasulan Tambakromo

Dusun Jimbaran, Desa Tambakromo, Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul INDONESIA

Upacara Rasulan Tambakromo diselenggarakan oleh penduduk Tambakromo di Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul sebagai ungkapan syukur kepada Yang Maha Agung karena telah memberikan hasil panen yang cukup pada para petani selama satu tahun. Pada hari Rabu Wage, penduduk Tambakromo mengawali upacara dengan membersihkan makam, tempat-tempat yang dianggap keramat yaitu Sumber Lanang dan Sumber Dola yang dilaksanakan secara bersama-sama. Berdasarkan kepercayaan setempat, Sumber Dola dihuni oleh roh halus Nyai Gadung Mlati dan Sumur Lanang dihuni oleh Kyai Murwojoyo. Puncak acaranya dilaksanakan di balai dusun Jimbaran dan pada malam harinya diadakan hiburan wayang kulit dll.

Rangkaian sesaji upacara untuk Sumber Dola adalah sebagai berikut:
- Nasi Ambeng, berupa nasi putih dan lauk pauk, oseng-oseng, gudheg, tempe tahu, dsb, untuk leluhur yang ada di desa Tambakkromo,
- Nasi Golong, berupa nasi putih bulat sebagai kebulatan tekad,
- Jenang Bakul, berupa beras yang diberi gula dan kelapa,
- Kembang Boreh, berupa bedak dari tepung beras dengan ramuan wewangian untuk Nyai Gadung Mlati,
- Sekapur Sirih, berupa suruh lengkap dengan gambir, apu, kinang, tembakau untuk Nyai Gadung Mlati,
- Kolak daging mentah atau hati mentah yang disunduk dengan sujen, agar Nyai Gadung Mlati menjaga keselamatan penduduk Jimbaran.

Selain itu, juga dipersiapkan sesaji lainnya berupa:
- Jadah, dari tepung beras ketan yang ditumbuk bersama parutan kelapa sampai halus dan lekat, sebagai lambang kelekatan warga, sulit dipisahkan,
- Tumpak, dari tepung beras ketan yang ditumbuk bersama dengan parutan kelapa dan gula kelapa sehingga rasanya manis, sebagai lambang kebahagiaan warga,
- Bunga Rasulan, berupa mawar, melati, kenanga, sebagai lambang keharuman doa,
- Pisang Raja, sebagai lambang harapan kemuliaan warga,
- Kemenyan, sebagai sarana permohonan pada waktu doa,
- Uang, sebagai lambang rasa terimakasih,
- Panjang Ilang, dari keranjang yang dibuat dari janur kuning, berisi nasi ambeng, nasi golong, jenang bakul, kembang boreh, sekapur sirih, kolak, jadah, tumpak, pisang raja dan uang.

Untuk kenduri, dipersiapkan oleh warga desa Tambakromo berupa:
- Nasi Ambeng beserta lauk pauk, nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan cara membungkusnya dilipat pada kedua ujungnya (dipenak), setiap keluarga membawa nasi ambeng 7-12 bungkus,
- Tumpeng, nasi putih berbentuk kerucut melambangkan sebuah pengharapan kepada Yang Maha Agung agar permohonannya dapat terkabul,
- Nasi Gurih, nasi putih yang diberi santan, garam dan daun salam sehingga rasanya gurih sebagai lambang keselamatan,
- Ingkung, dimasak utuh, sebagai lambang pasrah pada kekuasaan Yang Maha Agung,
- Jadah, umpak, gula jawa, pisang raja, dan kembang boreh, serta
- Jajan Pasar, dari bermacam makanan yang dibeli di pasar untuk mendapatkan kelimpahan dalam mengerjakan sawah.

Untuk bumi, sesajian khusus disediakan oleh Kepala Dusun dengan rincian yang sama dengan sesaji untuk kenduri. Selain itu, ada juga sesaji untuk dalang yang sama seperti sesaji kenduri, hanya ditambah beberapa sesaji, seperti:
- Sisir, suri dan cermin sebagai lambang perlengkapan berhias,
- Polo kependem, yaitu hasil bumi, uwi, gembili, kimpul, ketela pohon dan lain-lain sebagai ungkapan syukur pada leluhur yang telah memberi hasil bumi yang melimpah,
- Kelapa dan beras, untuk leluhur karena panen dapat berhasil dengan baik,
- Gagar Mayang, semacam boket yang terbuat dari beberapa macam, daun-daunan sebagai lambang bagi kesejahteraan hidup, terdiri dari daun apa-apa, alang-alang, kluwih, dhadhap serep, beringin, andhong, tebu, dll,
- Jenang Baro-baro, yaitu bubur dari bekatul yang diatasnya diberi potongan kecil-kecil gula kelapa sebagai lambang penghormatan kepada leluhur,
- Panjang Ilang, yang berisi air kelapa muda.