Seniman & Budayawan

Warsito Sukarno

Sanggar Bambu, Pawiyatan, Gunung Ketur, Yogyakarta INDONESIA

Warsito Sukarno lahir di Purwokerto, 15 Agustus 1933. Ia adalah seorang pembina seni lukis anak-anak Sanggar Bambu di kampung Pawiyatan, Gunungketur, Yogyakarta. Aktivitas ini sudah berlangsung sejak September 1979. Dalam membina seni lukis, lulusan SMEP ini mengaku tidak menggunakan teknik khusus, tetapi dengan prinsip tut wuri handayani, karena tidak ingin membuat anak didik terpaku pada satu pola teknik menggambar tertentu.

Di Purwokerto, Warsito pada awalnya cukup awam dalam dunia seni rupa. Sepupunya yang saat itu kuliah di ASRI, Sunarto PR lah yang membukakakn cakrawala kesenian. Darinya, Warsito belajar melukis sekaligus mengenali lukisan yang baik. Warsito kemudian hijrah ke Kota Jogja dan mendirikan Sanggar Bambu yang memberikan andil besar dalam membentuk kepribadian dan menunjang karir dalam dunia seninya. Apalagi kehidupan sanggar senantiasa terjadi gesekan budaya yang membuatnya terasah.

Semula Warsito memburuh pada perusahaan kayu jati. Namun kemudian ia lebih memberi perhatian pada pekerjaan melukis. Bersama Sanggar Bambu, Warsito sering berpameran, pentas drama, musik, pertunjukan sastra, dan sebagainya. Sehingga menjadi wajar bila Warsito menguasai berbagai macam jenis kegiatan seni seperti yang telah disebutkan di atas.

Pada tahun 1960, ia bermain drama bersama Putu Wijaya dan Bastari Asnin di CHTH Yogyakarta dalam pementasan "Orang-orang Malam" dan "Lautan Bernyanyi". Sastra cerita pendeknya beberapa kali muncul di media massa, seperti Jenderal Keadilan (1980) di majalah Jakarta-Jakarta, juga sajak-sajaknya menghiasi media lokal dan nasional.

Ciri khas pada lukisannya adalah kegemarannya pada obyek model, dekoratif ornamentik dan realistis naif. Goresan pada karyanya itulah yang membedakan dengan anggota Sanggar Bambu lainnya. Pada tahun 1982, ia mendapatkan penghargaan dari kampungnya karena kesetiannya pada pembinaan seni lukis.