Seniman & Budayawan
Sutarjo
Pamularsih, Patangpuluhan, No. 46, Yogyakarta
Telp: +6281328335137

Ulasan
Generasi muda penyuka seni rupa patung mungkin sudah tidak ada yang mengenal sosok Sutarjo, sosok pembuat patung rajawali yang kini masih berdiri tegak di Gerbang Utama Lapangan Udara (Lanud) Adi Sucipto itu bertemu dengan Tim Gudegnet berkisah tentang masa lampaunya yang indah.
Bermukim di Gang Pamularsih, No. 46 Patangpuluhan, Yogyakarta, Sutarjo dahulunya tidak ada niatan masuk di ranah patung. Awalnya ia ingin masuk di Jurusan Reklame (Advertising). Dia mencoba berkali-kali namun selalu gagal. Di akhir keputusannya, kemudian ia bergelut dengan batu, resin, kuningan, tembaga dan kayu.
"Seluruh bahan tersebut sering saya gunakan untuk membuat patung sesuai pesanan klien," terang kakek yang kini berusia 64 tahun itu.
Kisah pilunya diawali saat ia kuliah diera 1970-an. Saat itu Tarjo tidak memiliki biaya untuk menggelar karya-karya patung. "Saya sampai bekerja sampingan sebagai tukang batu," tambahnya.
Ide memamerkan 12 patung di depan Gedung Agung kawasan titik nol kilo meter mendapatkan ijin dari pemerintah setempat. Ia kemudian meminta bantuan Dinas PU untuk membawa belasan patung yang tingginya tidak kurang 3 meter. "Semua karya saya diangkut menggunakan truk sampah menuju gedung agung," tukasnya sembari tertawa.
Seiring berjalannya waktu, model pameran di sepanjang Jalan Malioboro kini malah menjadi tren dan beruntung Tarjo yang menjadi pionir pameran semacam itu meski sebenarnya disebabkan oleh ketidakmampuan Tarjo membayar galeri untuk memajang patung ciptaannya.
Atas dedikasi dalam membuat seni patung hingga jelang usia senja, Sutarjo terpilih sebagai sosok pelestari seni rupa patung oleh Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kota Yogyakarta 2013.