Seniman & Budayawan

Neni Kedai Kebun

Jl. Tirtodipuran No. 3 Yogyakarta INDONESIA 55143
Telp: +62-274-376114
Fax: +62-274-376114

Neni Kedai Kebun

Ulasan

Memiliki sebuah bangunan yang didalamnya terdapat restoran, galeri, dan ruang pertunjukan, bukanlah cita-cita awalnya untuk memiliki tempat tersebut. Ia merasa mengelola sebuah galeri, ruang pertunjukan sekaligus restoran sangatlah sulit. Meskipun bergerak pelan, akhirnya Neni, demikian panggilan pendeknya, yang lahir di Yogyakarta 16 Juni 1969 ini mempunyai semuanya tempat itu.

Adalah Kedai Kebun Forum (KKF), yang merupakan ruang seni alternatif di Yogyakarta yang ia kelola secara independen bersama suaminya Agung Kurniawan, seorang seniman, serta rekan-rekan seniman yang lain. KKF berdiri pada Desember 1997. Tempat tersebut menjadi sebuah restoran yang sangat elit, mahal dan memiliki cukup luas ruangan kosong serta kebun yang hijau. Oleh perempuan yang mempunyai wajah manis dan berkulit sawo matang ini kebun hijau itu dimanfaatkan secara rutin dan terjadwal untuk kegiatan kesenian seperti pameran seni rupa, pertunjukan teater, pentas musik, tarian, pembacaan puisi atau cerpen dan diskusi-diskusi budaya.

Pada awalnya, aktifitas di restoran dan ruangan yang kosong itu berlangsung "harmonis". Sayangnya, setelah itu muncul peristiwa-peristiwa yang berlangsung di kedua ruang itu saling "mengintimidasi" satu sama lain. Pasalnya, Neni dan suaminya sering membuat pertunjukan-pertunjukan yang tidak lumrah, misal pertunjukan yang eksperimental seperti tarian dengan menggunakan ular dan sang penari bugil.

Melihat hal itu terkadang pengunjung restoran merasa terganggu. Tetapi bila kemudian ada niat mengadakan pertunjukan yang menggangu penonton itu adalah niat konseptual dari seorang seniman. Akhirnya pada Desember 2001, dibantu adiknya yang juga seorang arsitek, Neni merenovasi bangunan tersebut.

Renovasi bangunan membutuhkan waktu yang cukup lama sampai Mei 2003. Sebab, bangunan baru ditambah dengan ruang pertunjukan alternatif yang memenuhi standar akustik dengan biaya rendah. Dengan semangat berpetualangnya, Neni mulai menemukan jenis batu akustik yaitu Batagama yang diperolehnya dari penduduk Desa Bawuran, Pleret, Bantul, Yogyakarta.

Berawal dari minimnya pengalaman yang dipunyainya, perempuan berkacamata ini mulai belajar mengatur berbagai urusan untuk mendukung apresiasi seni, untuk kemajuan kebudayaan di Yogyakarta. Semua itu berjalan begitu saja. Sampai suatu hari, banyak sekali pertunjukan-pertunjukan yang di gelar ditempatnya. Pemilik hobi nonton kesenian, memasak dan berkebun ini, sangat beruntung karena banyak orang ingin mempunyai tempat seperti yang ia miliki.

Pada dasarnya Neni merupakan tipe orang yang tidak cukup punya keberanian mencoba makanan baru. Padahal di restoran dengan 9 karyawan ini menyajikan masakan Eropa yang sebenarnya Neni sendiri tidak cocok. Sesaat kemudian ia mengubah menunya.

Problem yang saat ini dihadapi adalah perubahan baru dari segi pemasukan restoran. Sebenarnya KKF terkenal dengan kebunnya yang indah, hijau dan tempatnya yang sangat private. Sayangnya, konsep itu hilang begitu saja. Banyak pengunjung yang kecewa dengan perubahan itu. Padahal banyak pihak yang meminta agar Restoran KKF dimasukan kedalam travel books.

Sebetulnya, pihak KKF sendiri masih membangun kembali "suasana lama" tersebut. Itu terlihat pada bangunan yang sekarang dengan membuat satu ruangan untuk mengganti satu atmosfer yang dulu pernah dimiliki KKF. Yang pasti, perlu waktu yang lama untuk mengembalikan nuansa lama yang pernah ada. KKF diciptakan untuk memberikan kepuasan bagi diri Neni sendiri. Bukannya bagaimana pengunjung merasa puas pada tempat yang dikelolanya itu.

Bisa jadi, ada semacam egoisme ketika membangun KKF karena tempat itu dibangun atas dasar semangat individualisme. Bahwa Neni membangun sesuatu yang ia suka. Dengan harapan, apa yang ia sukai mungkin disukai orang lain.

PROGRAM khusus yang dibuat oleh Neni dan KKF adalah "Monday Movement". Program ini bertujuan mencetak koreografer muda. Saat ini mencari koreografer-koreografer muda tarian sangat sulit dan penghargaan terhadap penciptaan tari sangatlah kurang. Padahal pada tahun 2003-2004, income terbesar KKF berasal dari pertunjukan-pertunjukan tari.

Oleh karena itulah, KKF sangat mendukung setiap seniman yang akan menampilkan karya-karya tarinya. Ruang pertunjukan KKF tidak disewakan. Tetapi para pengguna atau seniman hanya membayar listrik dan kebersihan tempatnya saja. Sedangkan bagi pengguna yang tidak berhubungan dengan seni, mereka diharuskan membayar uang sewa. Tidak semua seniman dapat mementaskan karyanya di KKF. Sebabnya KKF tidak mengharapkan suatu pertunjukan seperti "pasar malam" yang tidak menarik lagi. KKF mempunyai kebebasan untuk memilih, demi kemajuan KKF sendiri.

Selama seniman bisa mengolah seninya, berangkat dari ruang, dan selama seniman itu datang sendiri, melihat ruangnya, maka sewanya akan lebih murah. Sebaliknya, apabila seniman itu datang sudah dengan karyanya yang jadi, dan hanya meminjam ruangannya, maka sewanya akan lebih tinggi. Maka seorang seniman harus melakukan eksplorasi terlebih dahulu: datang, melihat, dan menkaji KKF itu tempat apa, komunitasnya seperti apa, penontonnya, dan jenis musiknya misalnya. Sehingga seni yang Neni buat adalah seni organik, bukan seni yang instant.

MELIHAT kesenian di Yogyakarta saat ini, Neni terkadang sangat kecewa. Perempuan yang mempunyai hoby menonton kesenian ini tidak dapat melihat satu pertunjukan dengan pertunjukan lain karena tidak ada koordinasi dari masing-masing seniman. Pertunjukan seni di Yogyakarta yang mulai cair dan mulai menggunakan media-media yang dipakai oleh seniman dari jenis lain ini sangat disayangkan.

Menurutnya, seandainya para seniman dapat melakukan koordinasi, paling tidak dapat mencari jawaban dari pertanyaan: "Mengapa pertunjukan selalu malam hari, dan mengapa tidak dilakukan sore hari?" Dengan harapan semua penonton bisa melihat seluruh pertunjukan seni itu, dan sesuatu hal yang tidak lazim itu bisa mendapat jawabannya.

KKF diharapkan menjadi tempat yang mampu menjadi saksi terbentuknya generasi seniman muda yang akan memperkaya khasanah seni di komunitasnya. KKF diharapkan pula menjadi ruang bermain yang bisa memperkaya pilihan akan ruang-ruang alternatif.

jogjastreamers

UNIMMA FM 87,60

UNIMMA FM 87,60

Radio Unimma 87,60 FM


GCD 98,6 FM

GCD 98,6 FM

Radio GCD 98,6 FM



ARGOSOSRO FM 93,2

ARGOSOSRO FM 93,2

Argososro 93,2 FM


SONORA YOGYAKARTA

SONORA YOGYAKARTA

Sonora 97,4 FM Yogyakarta


CJDW 107 FM

CJDW 107 FM

CJDW 107 FM


Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini