Seniman & Budayawan

Paranditya Wintarni

Wirobrajan Yogyakarta INDONESIA 55252

Paranditya Wintarni

Ulasan

SEBUAH TARIAN KREASI BARU "PARAMESTRI" LAHIR DARI SEGALA PERTARUHAN IDE, pikiran, waktu, kesempatan dari geliat tangan dan liukan tubuh seorang Paranditya Wintarni. Terinspirasi dari relief Candi Prambanan Yogyakarta, dikembangkannya sebuah tarian yang sesuai dengan gambaran para penari khayangan seperti tertatah di relief dinding luar balustrade Candi Siwa Prambanan. Pernah juga tarian itu ditampilkan di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta setahun yang lalu. Namun, pada kesempatan yang lain, ada harapan darinya audience dapat membaca dan menikmati karya koreografi tanpa harus membaca sinopsis tarian. Tak hanya sampai di situ, penarinya pun harus bisa mengkomunikasikan pesan tarian lewat ekspresi karena tanpanya sebuah tarian akan terbengkalai menjadi orang yang bergera-gerak dengan musik pengiring tanpa makna.

Andit, begitu orang memanggilnya. Sejak kecil, setiap hari, ia terbiasa mendengar alunan gending meningkahi iringan tari karena rumahnya juga menjadi sanggar tari Eyangnya, Alm. Begawan Bagong Kussudiardja. Secara langsung dan pengaruh yang bertubi-tubi menjadikannya tertarik pada dunia seni tari. Ditambah lagi, Ibunya yang juga penari kenamaan, Ida Manu Tranggana, juga mengajarkannya banyak tarian. “Bahkan saat itu walau aku hanya melihat murid-murid Eyang yang berlatih menari, aku pun menjadi hafal dan bisa menebak gerakan yang selanjutnya. Proses melihat ternyata pengaruhnya sangat besar buatku.” Kata gadis berkacamata minus, penggemar spaghetti dan jus tomat ini. Keduanya mendorong, membentuk dan menggembleng Andit untuk menjadi seorang penari yang professional. Termasuk di dalamnya adalah disiplin dan tanggung jawab.

Sembari berusaha menyelesaikan studi di FISIP Komunikasi Universitas Atma Jaya jurusan Broadcasting, Andit terus mencoba berkarya dan menari dalam berbagai kesempatan. Pernah satu ketika GudegNet kesulitan menemui gadis kelahiran Yogyakarta, 12 April 1980 ini, karena kesibukannya di kota Kudus untuk ambil bagian dalam pembuatan iklan salah satu produk rokok nasional. Syuting selama sembilan hari tersebut memberikan padanya pengalaman baru dan berharga. Konsep iklan yang melibatkan banyak penari dan tentang aktivitas petik cengkeh, petik tembakau, aktivitas gudang tembakau, aktivitas pabrik hingga ke grand dan semua itu digambarkan dengan gerak tari yang intinya dari tradisi sampai ke kontemporer.

Karena itulah Andit yakin bahwa orang yang eksistensinya penuh di bidang tari suatu saat bisa menjadikan bidang ini menjadi profesi sebagai sumber mata pencaharian. Dicontohkannya Ibunya sendiri yang juga jadi idolanya, “Eksistensinya di dunia tari patut diacungi jempol. Walaupun ibu rumah tangga dengan kesibukan tarinya, beliau bisa membagi waktu antara nari, bikin tarian, melatih tari dan tentunya juga bisa mengurus keluarga. Sepertinya ke depan tari akan menjadi profesi buatku, untuk meneruskan jejak Eyang dan Ibu.”

Titisan darah seni yang mengalir dalam dirinya tak begitu saja dinikmati. Bagi Andit, menyandang nama besar Eyang Bagong sudah tentu menjadi beban. “Orang pasti akan melihat aku bagus tidaknya menari dan menganggapnya sebagai sebuah keharusan. Orang pasti berucap `Iya cucunya Bagong!` Dalam membuat tarian misalnya, orang pertama kali melihat dan memberi komentar kalau tarianku dikoreograferi Ibu. Kenyataannya dalam berproses aku harus mandiri tanpa campur tangan Ibu. Walaupun nantinya Ibu pasti akan memberikan masukan. Tapi itu akan menjadikanku tetap bersemangat menjadi seorang penari profesional tanpa harus melihat aku cucu Bagong atau anak Ida Manu” jelasnya panjang lebar.

Dalam seminggu, ia mempunyai jadual tetap untuk latian masing-masing sekitar 2 jam. Kecuali ada persiapan untuk pertunjukkan bisa seminggu minimal 3 kali latihan dengan range waktu yang lebih lama. Tak urung, studio latihan lantas menjadi tempat favoritnya. Dengan bakat dan usaha demikian, daerah “jajahannya” telah mencakup Pulau Jawa, Bali Kalimantan, Amerika Serikat dan Perancis, baik dengan tari klasik maupun tari kontemporer. Kini, ia ingin menjejakkan tariannya dan melemparkan selendang tari di benua Australia dan Eropa, bisiknya kepada GudegNet.

jogjastreamers

JOGJAFAMILY

JOGJAFAMILY

JogjaFamily 100,9 FM


SWARAGAMA 101.7 FM

SWARAGAMA 101.7 FM

Swaragama 101.7 FM


SOLORADIO 92,9 FM

SOLORADIO 92,9 FM

Soloradio 92,9 FM SOLO


UNIMMA FM 87,60

UNIMMA FM 87,60

Radio Unimma 87,60 FM


RETJOBUNTUNG 99.4 FM

RETJOBUNTUNG 99.4 FM

RetjoBuntung 99.4 FM


UNISI 104,5 FM

UNISI 104,5 FM

Unisi 104,5 FM


Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini