Perangkat Kesenian & Tradisi
Pelara-lara

Ulasan
Gadis remaja yang dicalonkan sebagi selir raja di Kraton tetapi masih belum dapat diangkat sebagai "piyantun dalem" atau selir karena usianya yang masih kanak-kanak (belum mengalami haid). Menurut tradisi Kraton, raja-raja Mataram mempunyai sejumlah selir di bawah garwa prameswari.
Untuk cadangan calon selir tersebut, para adipati dan kepala desa sekitar kerajaan mempersembahkan putri atau kemenakannya yang berusia 7-10 tahun sebagi penari bedhaya-srimpi. Gadis-gadis kecil tersebut magang sebagai penari, pesinden atau ahli-ahli upacara keraton di bawah asuhan Nyai Tumenggung Sedhahmirah dan Nyai Tumenggung Soka. Mereka dididik secara terus-menerus untuk mengenal lika-liku tatacara Kraton secara rinci.
Biasanya, bagi yang memilki bakat pesinden, akan dikirim ke Dalem Kadipaten Anom (rumah putra mahkota) atau ke Dalem Kepatihan untuk dididik lebih intensif. Akan tetapi, bila para gadis tersebut belum berusia 14 tahun, dan para raja berkenan mempersuntingnya, langsung dibawah asuhan garwa padmi (permaisuri/prameswari).
Palara-lara memperoleh sekedar honorarium dari pengasuhnya, yang ditabung untuk membeli perhiasan (emas dan berlian).