Seniman & Budayawan
Caroline Rika Winata
Jl. Nagan Lor 17, Yogyakarta INDONESIA

Ulasan
Semasa kuliah di Institut Seni Indonesia, Rika yang memang tertarik di dunia fashion mengambil jurusan mayor tekstil.dari sana Rika menemukan banyak hal, bahwa dalam dunia fashion banyak hal-hal menarik yang berkaitan dengan seni rupa. Sejak tahun 1997 mulai aktif mengikuti pameran-pameran dan kompetisi bidang seni rupa. Ia kemudian meraih penghargaan sebagai juara Harapan I lomba Batik Internasional 1997. Karya tekstilnya juga menjadi salah satu koleksi museum South East Asia, Darwin, Australia.
Rika melakukan eksplorasi kreasi tekstil dengan teknik tie die. Tie die atau celup ikat adalah teknik yang cukup menarik. Karena dari beragam motif ikatan kain yang dicelupkan ke dalam cairan pewarna akan muncul suatu motif yang tidak bisa diprediksi sama sekali. Namun bagi masyarakat umum saat ini, teknik tie die kurang begitu dikenal dan masih dianggap minor. Melihat kondisi itu, Rika berkeinginan lebih mengenalkan teknik celup ikat pada masyarakat luas. Cara yang dilakukan Rika adalah dengan menyelenggarakan pameran tunggal kreasinya di Kedai Kebun Forum dan workshop âMendaur Ulang Baju Kitaâ.
Ide-ide dalam pengkreasian tekstil diperoleh Rika dari pengalaman personal yang direfleksikan secara realitas sosial. Realitas sosial akan konflik budaya yang sering menjadi pernasalahan kaum remaja saat ini memunculkan ide bagi Rika untuk menggelar sebuah pameran bertajuk âMe, Myself, and Realityâ.
Rika menjadi salah satu seniman yang turut berkiprah didalam Artis Grant in School yang merupakan sebuah program yang ditujukan kepada para seniman untuk membagi keahlian mereka terhadap anak-anak di pedalaman suku Aborigin. Pengalamannya mengajar anak-anak Aborigin usia 6-7 tahun tentang teknik tie die merupakan suatu pengalaman yang paling mengesankan.