Selasa, 31 Desember 2013
|
Expired
Saparan Rebo Pungkasan "Ngguyang Jaran Kepang Kembul Sewu Dulur" Bendung Kayangan Kulonprogo Kembali Digelar
Malam ini (31/12/2013) berbarengan dengan perayaan menyambut Tahun Baru 2014, masyarakat Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo juga akan menggelar tradisi tahunan Saparan Rebo Pungkasan Ngguyang Jaran Kepang di Bendung Kayangan. Acara budaya tradisi yang sempat terhenti selama 15 tahun dan baru mulai diselenggarakan lagi sejak 6 tahun lalu ini akan dikemas spesial dan berbeda dari sebelumnya.
Godod Sutejo, seniman senior dan juga salah satu penggerak kegiatan ini, menerangkan, Saparan Rebo Pungkasan kali ini akan dilangsungkan sejak hari Selasa malam (31/12/2013) hingga keesokan harinya, Rabu (1/1/2014). Acara akan dimulai dengan Ngobrol Budaya pada Selasa malam mulai pukul 21.00 WIB bersama spiritualis Ki Ganda Shrigarba dan Ki Yudha Mangkunegara serta masyarakat Desa Pendoworejo.
"Pada keesokan harinya, dilanjutkan dengan acara Menyongsong Matahari Terbit pada pukul 04.00 dan tumpengan di puncak Gunung Moyeng. Dari puncak ini kita bisa melihat Gunung Merapi, Merbabu, Lawu, Sindoro, Sumbing, Gunung Perahu, Gunung Kucir, dan Pantai Selatan. Disini juga sering dipakai untuk acara-acara seni seperti melukis bersama dan bermain musik," terang pemilik Posnya Seni Godod ini.
Acara kemudian dilanjutkan dengan Doa Damai Untuk Negeriku yang dipimpin oleh Ki Ganda Shrigarba, Ki Yudha Mangkunegara, beserta pemangku adat Kulonprogo, Padepokan Putra Petir Kulonprogo, dan didukung oleh Kelompok Babad Bandayuda. Selanjutnya mulai pukul 09.00 digelar acara Kibar Jaran Kepang Bocah oleh kelompok kuda lumping Sri Mekar Sida Laras dari Tileng serta penanaman Pohon Perdamaian oleh Yani Saptohoedojo.
Pada pukul 12.00 acara dilanjutkan dengan Ngguyang Jaran Kepang dan Kembul Sewu Dulur di Bendung Kayangan. Pada malam harinya diselenggarakan pagelaran wayang kulit oleh dalang Kenci Wisnu Aji. Untuk acara Ngobrol Budaya, Kibar Jaran Kepang Bocah, Kibar Jaran Kepang Dewasa, dan pagelaran wayang kulit bertempat di rumah Agus Salim warga Dukuh Turusan.
Tradisi Ngguyang Jaran Kepang Dan Mbah Bei
Upacara tradisi Saparan Rebo Pungkasan Ngguyang Jaran Kepang di Bendung Kayangan ini merupakan tradisi turun-temurun yang digelar tiap hari Rabu terakhir bulan Sapar penanggalan Jawa oleh warga Desa Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo. Upacara ini digelar ditepi Bendung Kayangan yang menampung aliran dari Sungai Ngiwa dan Sungai Gunturan. Bendung ini juga menjadi pertemuan kedua sungai yang berhulu di Goa Kiskendo dan daerah Purworejo tersebut.
"Sejak enam tahun lalu upacara adat ini kembali digelar rutin setelah sempat berhenti selama kurang lebih 15 tahun. Bahkan berkembang dengan berbagai atraksi seni budaya lainnya. Ngguyang Jaran Kepang sekarang dibarengi dengan ngguyang-ngguyang yang lain. Pernah juga ngguyang pengantin baru dosen ISI Yogyakarta Hendro Purwoko, ngguyang wayang kuno oleh Haryono, ngguyang pengantin sunat Wra Iswara Nabastala, dan tahun lalu ada ngguyang benda pusaka," terang Godod.
Upacara ini sendiri merupakan adat penduduk setempat untuk mengenang dan menghargai jasa sesepuh daerah tersebut yang bernama Mbah Bei Kayangan. Upacara ini lalu dibarengkan dengan tradisi Merti Bendung Kayangan atau disebut dengan Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan Bendung Kayangan.
Mbah Bei Kayangan menurut cerita setempat adalah abdi dalem Prabu Brawijaya yang lari dari kejaran pasukan Majapahit bersama dua pengikutnya, Kiai Diro dan Kiai Somaitra. Dalam pelariannya, mereka bertapa di tempuran dua sungai yang sekarang masuk dalam wilayah Desa Pendoworejo.
Dalam pertapaannya, Mbah Bei mendapat wangsit untuk membuka lahan permukiman dan persawahan di daerah yang cukup subur tersebut. Ia lalu membangun bendungan untuk memenuhi kebutuhan air sekaligus untuk irigasi. Permukiman kecil dan sawah-sawah yang subur itu pun semakin berkembang hingga sekarang.
Mulanya upacara adat ini digelar dengan sederhana namun berkat dukungan berbagai pihak, seperti seniman dan budayawan, maka tradisi ini lalu dilaksanakan dengan lebih meriah dan beragam. Merti bendungan yang berupa kenduri Kembul Sewu Dulur kemudian digabungkan dengan upacara adat Ngguyang Jaran. Ritual memandikan kuda lumping dilanjutkan dengan kenduri Saparan yang menyajikan berbagai menu sesaji sebagai bentuk rasa syukur terhadap Sang Pencipta.
Selain berbagai masakan tradisional berupa nasi liwet, gudangan, dan ayam ingkung, dua menu khusus juga disajikan sebagai ungkapan terimakasih kepada Mbah Bei, yakni Bothok Lele dan Panggang Mas (telur ceplok tawar tanpa garam). Kedua hidangan yang wajib ada dalam upacara adat tersebut tidak akan tersedia pada hari-hari biasa. Konon kedua menu tersebut merupakan lauk kesukaan Mbah Bei Kayangan