Flu Burung Pengaruhi Konsumsi Daging Masyarakat
WALAU PEREDARAN UNGGAS DI YOGYAKARTA DINYATAKAN AMAN, konsumsi masyarakat terhadap daging ayam menurun drastis. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengemukakan bahwa penurunan tersebut mencapai 20%. Munculnya penyakit menular flu burung (Avian Influenza) terjadi pada bulan Agustus 2003 di Pekalongan Jawa Tengah dan telah menyebar di Jawa, Sumatra hingga Bali. Kematiannya sendiri telah mencapai 4,7 juta ekor unggas hingga akhir tahun 2003.
Selain menakutkan bagi peternak unggas, kasus flu burung tersebut juga meresahkan masyarakat karena jenis ini dapat menular pada manusia dan berdampak kematian pada penderitanya. Namun untuk virus yang merebak di Indonesia hingga saat ini belum sampai terjadi penularan pada manusia. Penularannya sendiri melalui ingus dan kotoran unggas yang sakit akan berlaku sebagai penular ke unggas yang lain sekandang, antarkandang maupun ke peternakan lain lewat benda-benda tercemar (virus, rak telur, keranjang ayam dan kendaraan angkut).
"Virus sering tumbuh di tempat-tempat organik dan banyak di tempat kotoran. Diharapkan kotoran tidak diutik-utik dan ditimbun dengan kapur gamping, melakukan tindakan sanitasi staright agar tidak tertular flu unggas," tukas Kasubdin Pertanian dan Kehewanan Kota Yogyakarta, Drh Machmud Asvan kepada wartawan. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan observasi di Pasar Ngasem dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan di tempat pemotongan ayam.
"Jika anda melakukan itu (menerima ayam sakit) maka anda akan rugi sendiri," tukas Machmud kepada para pedagang unggas di Pasar Ngasem. Dalam waktu dekat Pemerintah telah membuat vaksin dan setiap Selasa, Dinas Kesehatan memberikan vaksinasi penyakit, utamanya tetelo. Dihimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir karena flu unggas yang beredar tidak menular ke masyarakat, tidak seperti di Hongkong, Vietnam, Kamboja dan Thailand.
"Yang penting adalah memasak sampai matang minimal 80 derajat Celcius dalam satu menit sedangkan untuk telur harus direbus selamat 5 menit minimal 64 derajat celcius," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Drh Choirul Anwar kepada GudegNet Kamis (29/1) sore. Untuk para pekerja di peternakan diharapkan menggunakan masker hidung dan mata sebagai bentuk antisipasi dini. "Di Jawa Tengah, sudah ada peternakan yang mengharuskan pegawainya menggunakan pakaian khusus, masker dan disemprot dengan disinfektan . Untuk kendaraan yang keluar masuk peternakan dilakukan penyemprotan agar kendaraan yang masuk sudah steriil," tegasnya.
Untuk pasokan ayam yang masuk ke Yogyakarta berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing sebesar 5.000 kg dan 20.000 kg. Telur yang didrop dari Jawa Barat sebanyak 4.000 buah. Peredarannya sendiri ke berbagai daerah seperti Sleman 10.000 daging dan 1.500 telur, Bantul 15.000 daging serta 2.500 telur. Populasi ayam buras mencapai 89.500 ekor, petelur 4.175 ekor, pedaging sebesar 1.000 ekor dan 1.601 ekor untuk jenis itik.
Kirim Komentar