Nilai Estetika dan Kreativitas Dalam Seni Kriya

Oleh : Budi / Senin, 00 0000 00:00

JURUSAN SENI KRIYA FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) mempelajari dan menciptakan bentuk-bentuk seni rupa untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan fungsional, dengan teknik atau proses perwujudan yang mengutamakan ketrampilan tangan dan hasilnya memiliki nilai hias tinggi. Selama 6 hari, Minggu (01/02) - Jumat (06/02) mendatang, hal tersebut coba ditampilkan dalam pameran kriya di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dengan memperlihatkan 18 seniman dengan masing-masing karya sebagai tugas akhir mahasiswa dalam jurusan tersebut.

Pameran tersebut menampilkan sejumlah karya kriya mulai dari kriya keramik, kriya kulit, kriya logam, kriya kayu hingga kriya mengenai tekstil. Dengan memenuhi ruang pameran yang memanjang dari timur ke barat, tiap seniman memperlihatkan idealisme mereka dalam melihat estetika perabotan rumah tangga yang ada.

18 Seniman yang terlibat dalam pameran kali antara lain A Yani PK, Yuniarso, Tommi H, Yusri Ismail, Hanif, Heri Susanto, Rahmat I, Prihantono, Andi M, Prima Y, Slamet R, April Puji A, Catur W, Aris W, Pandu Mahendra, Giyanti S, Ari Suwanda dan Grees Manupassa.

Ari Suwanda mengatakan bahwa karyanya yang berupa wadah bumbu siap saji tersebut ditampilkan dengan konsep yang penuh komplektisitas. "Artistik dan estetika menjadi nilai penting dalam pameran kali ini. Bedanya seniman dengan pengrajin terletak pada tingkat artistik yang ditampilkan dalam tiap karyanya, kalau pengrajin lebih mementingkan nilai-nilai fungsional," ucapnya.

"Karya saya merupakan pencitraan dari rasa bumbu dengan rasa manis, asin hingga pedas," imbuhnya. Grees sendiri dengan idealismenya tampil dengan karya yang berupa pose manusia menari dan melamun, sedangkan bingkai cermin yang memiliki paduan akulturasi Cina-Jawa mendapat perhatian khusus dari Hanif Sofyan. Dengan mengangkat rak botol minuman sebagai bentuk fisik sebuah eksplorasi menjadi titik berat perhatian dari Giyanti.

Seni kriya sendiri lebih pada seni cipta baru dengan karya-karya yang menggunakan bahan, motif hiasan serta tehnik pembuatan yang diserahkan dengan kehendak pencipta atau pembuatannya. "Walau masyarakat pernah melihatnya dalam bentuk fungsinya, tapi dengan bisa melihat langsung karya kami, diharapkan karya itu bisa memberi efek psikologis yang berbeda. Paling tidak, dengan melihat karya aslinya mereka suatu saat kelak bisa membedakan dengan karya yang memiliki estetika dengan hasil yang lebih berorientasi pada kegunaannya yang kini banyak digunakan oleh masyarakat," ujar Ari.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini