5 Koreografer Muda dalam Monday Movement KKF

Oleh : Aqidah / Senin, 00 0000 00:00

RUANG PERTUNJUKAN KEDAI KEBUN FORUM BERUKURAN 14 x 9 M menjadi saksi tumbuhnya geliat koreografer muda dalam program acara regular Monday Movement yang diselenggarakan setiap bulan sekali, setiap Senin. Dalam gelaran Monday Movement bulan ini yang bertajuk Februari (Bukan Yang Romantis), menampilkan 5 koreografer muda Izur Loeweng Suroto, Ni Kadek Yulia, Anom Hartoyo, Danang Pamungkas, dan Retno Sulistyorini. Acara yang berlangsung pada hari Senin, 16 Februari 2004 ini berlangsung di ruang pertunjukan lantai 2 Kedai Kebun Forum.

Acara yang dimulai tepat pukul 20.00 ini menghadirkan 5 repertoir dari masing-masing koreografer. Meski hanya tampil dengan durasi 10 hingga 15 menit tetapi secara keseluruhan estetika tari, eksplorasi gerak dan pesan yang disampaikan dapat terbaca oleh penonton. Repertoir pertama yang berjudul "Pisau" karya koreografer Retno Sulistyorini menampilkan tarian dengan menutup mata dengan kain hitam. Karya ini mendapat pujian dari R.M. Pramutomo, dosen STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) yang hadir sebagai karya yang hebat karena dengan penutup mata dapat memetakan pola lantai.

Lain lagi karya koreografer Ni Kadek Yulia yang berjudul "Nadi". Karya ini terinspirasi dari tari sakral "Sang Hyang Dedari" yang berfungsi sebagai tari ritual, upacara, penolak bala dan menyembuhkan penyakit. Nadi yang merupakan personifikasi trance dalam bahasa Bali mempunyai kekuatan fisik dan batin dengan atraksi dan tariannya lewat doa dan mantra-mantranya. Ia juga menari dengan membawa gasing dari bambu muda yang menghasilkan suara-suara magis. Ia juga menggantungkan bunga mawar diseluruh tubuhnya dan menyebarkannya di tengah-tengah setting lilin. Menurutnya karya ini telah di pentaskan di Taman Budaya Surakarta pada tahun 2003 lalu.

Keunikan lain tampak pula dalam karya koreografer Anom Suroto "Home Alone" dan karya Izur Loeweng Suroto "Kembang Pawon" yang lebih memadukan unsur teater dalam karyanya. Home Alone mengisahkan kesendirian manusia dalam hiruk pikuknya peradaban modern yang membekukan hubungan manusia menjadi semakin individualistis. Dalam karya ini terdapat banyak property layaknya pentas teater seperti kursi, TV, radio, kasur, sapu. Justru menggunakan peralatan itulah gerakan yang dihasilkan menjadi lebih kreatif. Karya Kembang Pawon menghadirkan pula property seperti wajan besar, gelas, sendok, garpu, dan bumbu-bumbu masak seperti lombok, bawang, dan beras. Property dapat pula sebagai symbol Jawa tentang kesuburan.

Selesai pada pukul 21.30 WIB, kemudian dilanjutkan dengan diskusi para koreografer dan senior mereka Hendro Martono dan R.M Pramutomo seorang dosen STSI, Surakarta. Bertindak sebagai moderator dalam diskusi kali ini adalah koreografer Yogya, Bagus Budi Indarto yang memancing komentar-komentar dalam wacana kegelisahan artistik seorang koreografer. Dibahas pula ada genre yang berbeda antara koreografi Yogya dan Solo. Secara umum, kedua senior tari tersebut mengucapkan selamat atas keberanian untuk tampil dan bangga atas letupan-letupan personal yang ditampilkan dalam keseluruhan acara malam itu.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini