Melirik Isu Lingkungan Lewat Desain Grafis
MELALUI DESAIN POSTER SOSIAL, ORANG DAPAT DIAJAK BERKOMUNIKASI untuk memikirkan sesuatu yang bersifat memunculkan kesadaran baru dari nurani individual atau kelompok yang berupa hal-hal berorientasi pada lingkungan hidup, sosial kemasyarakatan, religiusitas agama hingga kebudayaan. Semuanya itu oleh Sumbo Tinarbuko Konsultan Desain LSKdeskomvis dan Himpunan Mahasiswa (HIMA) Jurusan Deskomvis dan Advertising Politek PPKP Yogyakarta merupakan fenomena yang ada di sekitar masyarakat dan sebenarnya telah dirasakan dan diketahui.
Namun masyarakat tidak pernah terpikirkan mungkin karena tidak menghantui, menyangkut bahkan mengusik kepentingannya secara langsung. Pameran bertajuk "Desain Sosial Lingkungan Hidup" berakhir pada Senin (23/2) yang dimulai sejak Kamis (19/2) yang lalu di Museum Benteng Vredeburg Yogyarta.
Berserta dua jurusan Deskomvis dan Advertising, Sumbo yang juga sebagai staff pengajar di FSR-ISI Yogyakarta secara sederhana membuat desain poster sosial yang diterjunkan sebagai alat untuk menyebarluaskan pesan-pesan sosial kepada masyarakat dengan cara penyampaian yang berpedoman pada metode periklanan komersial. Isu-isu yang coba diberikan pada ruang pamer mulai dari Pemberdayaan Perempuan, Trafficking, Ayo Sekolah, Pelestarian Lingkungan Hidup, Konservasi Hutan, Kebebasan Pers, SARS, Sosialisasi HAKI hingga beberapa tema aktual lainnya.
"Mereka memilih desain sosial sebagai wahana untuk mensosialisasikan pesan-pesan sosial dengan asumsi dasar bahwa desain sosial sebagai wahana ekspresi artistik tidak semata-mata mengabdi untuk kepentingan komersial dan kepanjangan tangan dari kapitalistik, namun dinikmati dan dipahami makna pesannya tanpa harus mengalami masa kadaluwarsa," ungkap Sumbo. Ia juga menungkapkan bahwa ketika fungsi informasi yang diemban oleh karya desai telah berakhir, keberadaan karya desain sosial masih dapat dinikmati sebagai sebuah karya artistik.
Mahasiswa semester tiga dan lima yang menyajikan karya harian mereka kepada publik diantaranya Andi Rekha, Arif Acong PC, C Sigit, Dion H, Eka Ernawati, Erry K, FX Wawan A, Himawan Cahyadi, Aancool MP, Nike, Puput N, Susanti S, Doni P, Just Opicks, Agus Sulistiyo, I-one A Riwanto, Andy Suryadi, Ogi Asma, Samsul Anwar, Blasius Erik, Rahmawati, Yogya Santoso, Andila Masoanel, Carito Jayadi, Ceta Pramana Dewa, Eko Haryono, Firman Gian Navayo, Heri Cahya Nugroho, M Aminudin Widodo, Nanang Tri Nugroho, Rendy Marantino, Sukma Ari Setyawan, Andri Kusmiyanto, Arief Jambon, Arifin, Fajar Arifin, Kelik Fanri WP, Ismed Oni S, Isna Hairunnisa, Muko, Minkhatul Maula, Nova Hutahayan, Nur Budianto, Reza Nurhakim, Yayak Satrya P, Erick Sudarwanto, Wahyuti H dan Willy Ady K.
Dalam perkembangan berikutnya, bentuk poster lebih memilih yang simpel. Sumbo mengatakan, poster sekarang lebih untuk kepentingan komunikasi, teknisnya bergaya ilustrasi. "Visualisasinya kembali seperti dulu, cenderung lebih sederhana. Poster sekarang boom product. Isinya singkat, padat dan mudah dimengerti oleh publik. Kecenderungan semacam itu terjadi disebabkan karena apresiasi masyarakat terhadap desain poster semakin tinggi," tuturnya.
Poster sebagai salah satu media komunikasi visual, keberadaannya dianggap oleh sementara pihak sangat efektif. "Poster dapat membawa masyarakat untuk berkomunikasi dua arah, efektivitas sebuah poste juga tergantung bagaimana pesan-pesan tersebut disampaikan dalam kemasan bentuk informasi yang komunikatif, unik dan persuasif," tegasnya.
Kirim Komentar