Enam Perupa Gelar Karya Lukisan di Museum Affandi Yogyakarta
MUSEUM AFFANDI YANG BIASANYA LENGANG DAN SEPI DARI PENGUNJUNG nampaknya akan menjadi pusat perhatian penikmat dan apresiator karya seni lukis mulai Jumat (16/0) hingga Sabtu (24/04)mendatang. Enam perupa, Agapetus A. Kristiandana, Joko Sulistiono, Redy Rahadian, Edo Pillu, Syahrizal Pahlevi dan Wahyu Gunawan, akan memamerkan karya-karya mereka selama sembilan hari dan jika tak ada aral melintang, pameran akan dibuka oleh dr Oei Hong Djien, seorang kolektor lukisan dari Magelang, yang bukanlah orang asing dalam dunia seni rupa, terlebih untuk regional Jawa Tengah dan DIY.
Dengan tajuk "Treshold", yang artinya ambang, Kuss Indarto, sebagai kurator seni, mengatakan betapa istimewanya pameran ini karena bisa membawa sebuah isu treshold yang bisa saja diterjemahkan dengan bahasa berbeda, keprihatinan yang berbeda atau juga sudut pandang yang berbeda pula. Pemaknaan ambang ini kemudian berpotensi mengakibatkan (ke)gamang(an) dalam realitas faktual keseharian kita.
Perspektif pandang yang hampir masuk dalam dua hal, dua dunia, dua situasi inilah kiranya yang sangat menarik untuk digagas sebagai bahan sekaligus tema dalam memberi kerangka atas pameran ini. Karena ambang bisa dipandang sebagai sebuah jagad tersendiri yang akan memberi ruang bagi manusia untuk merawatnya. Sebagai seniman, adalah sebagai salah satu dari banyak entitas yang diandaikan mampu mengelola jagad tersebut melalui karya-karyanya. Lengkap dengan segenap keliaran yang berkecamuk dalam dasar batinnya, berikut tafsir-tafsir personalnya ketika dihadapkan dengan tawaran tema ambang ini.
Semua perupa bukan pemain baru dalam dunia pameran, bahkan mereka sering berkompetisi di tingkat regional. Seperti karya grafis Syahrizal Pahlevi yang pada tahun 2003 yang lalu masuk sebagai salah satu finalis Triennal Seni Grafis Indonesia. Dalam pameran kali ini, Pahlevi membedah hal sederhana dan menjadi bagian penting yang berserak dalam keseharian dirinya. Ada beberapa seri yang nantinya akan dipamerkan, yang mana pada intinya seseorang akan melihat bagaiman cara Pahlevi memandang seseorang. Di mana peran seseorang dalam masyarakat kadang dimain-mainkan dalam batas penting atau bukan orang penting.
Namun tak semua perupa tersebut adalah pelukis, Redy Rahadian, yang juga turut ambil bagian dalam pameran ini membawakan karya patung yang digubahnya. Karya Rahardian yang cenderung formalis, secara fisik nampak gagah namun menggugah kesadaran kita untuk menginvestigasi penaklukannya atas material karya. Bahan besi yang massif menjadi pilihannya, di mana besi itu bersifat berat dan kukuh sepertinya tampak dengan liat dilembutkannya.
Bukan hanya persoalan yang pelik-pelik saja yang menjadi bahan pemikiran banyak orang. Ternyata hal yang mendasar, seperti makan pun diangkat menjadi sebuah tema oleh Wahyu Gunawan. Kultur kuliner ini, sebenarnya memang bisa menjadi sebuah tema menarik karena mampu menghadirkan tema perbincangan yang melintas di atas urusan makan apalagi, jika dilihat dari sisi perspektif budaya. Wahyu Gunawan yang pada tahun 2000 masuk dalam 5 besar perupa terbaik dalam kompetisi Nokia Art Award tingkat nasional yang kemudian membawanya terbang ke Eropa, seolah mengajak kita dengan karyanya munuju sesuatu hal yang sedang terjadi, berbagai gagasan pikiran atau opini yang terjadi di balik perilaku sederhana: makan.
Gratis, dan selamat menonton.
Kirim Komentar