Keindahan dan Ketentraman Indonesia dalam Lithografhy Rappard

Oleh : anton / Senin, 00 0000 00:00

“Sebuah panorama yang indah tergelar di hadapan kita, dua jembatan besi yang sederhana menghubungkan dua sisi sungai, ada semacam delta di tengah sungai yang dimanfaatkan untuk menghubungkan tepi sungai tersebut, batu-batu besar berada di tengah sungai yang mengalir deras, tampak beberapa petani sedang menuntun gerobak yang ditarik oleh dua ekor kuda”.

Gambaran di atas adalah ilustrasi dari sebuah lukisan berjudul “Jembatan Dekat Gedung Badak” karya pelukis Belanda abad ke-19, J.C. Rappard yang hasil repro-nya terpajang indah di Bentara Budaya, Jl. Suroto 2 Kotabaru dalam pameran lukisan repro “Mooi Indie” selama sepuluh hari ini (5-13 Mei). Sebuah pemandangan alam pada jaman kolonial dulu di Hindia Belanda (Indonesia-red) yang oleh Rappard diterjemahkan dalam suatu lukisan realis-impresionis dengan tone warna pastel, yaitu coklat, hijau dan merah pastel. Dengan permainan cahaya yang banyak ditampilkannya, menggambarkan suasana yang hidup dari obyek lukisan yang ia lukis, walaupun dengan hiperbolik khas pelukis Mooi Indie.

25 lukisan Rappard yang menurut pengamat seni Agus Burhan merupakan salah satu penganut neo Mooi Indie yang menggambarkan kemolekan atau keelokan tanah Hindia Belanda pada abad 19 dengan gaya yang tidak sekedar realis, namun lebih ke impresionisme, diambil ketika ia menjadi seorang ilustrator buku berjudul “Buitenzorg” dari pengarang Belanda, Van Berkenstein. Buku yang dibuat tahun 1882 tersebut berisi tentang petualangannya semasa di Bogor dan sekitarnya. Walau dicetak dengan peralatan buku yang masih manual dan alat cetak yang sederhana namun ilustrasi grafis tersebut tetap saja indah.

Di hampir tiap-tiap halaman buku berbahasa Belanda kuno tersebut, lukisan-lukisan lithografhy (lukisan grafis yang tercetak dalam satu atau beberapa tone warna) Rappard melengkapi obyek-obyek cerita Berkenstein, seperti pohon beringin di kebun raya Bogor, gereja, makam orang-orang Belanda, suasana orang sedang berjaga di pos ronda sebuah desa, para pekerja kebun kopi yang sedang bekerja dan sebagainya.

Pewarnaan Rappard yang cenderung dalam tone warna kecoklatan semakin membuat karya-karyanya terlihat antik. Apalagi dengan usia lukisan yang memang sudah berumur ratusan tahun menjadikannya sebuah lukisan yang kuno sekali. Dalam pemilihan obyekpun menurut kurator Bentara Budaya, Hermanu terlihat sangat teliti karena tak ada obyek yang sengaja Rappard kaburkan. Bahkan postur tubuh orang-orang pribumi dalam lukisannyapun digambarkannya secara pas. Tidak seperti pelukis Belanda kebanyakan yang melukis obyek orang pribumi dengan postur tinggi besar layaknya diri mereka sendiri.

Lewat semua penggambaran Rappard, betapa kita seperti diingatkan bahwa sesungguhnya Indonesia pernah sangat indah dan tenteram walaupun di periode penjajahan. Berbeda dengan keadaan sekarang ketika di zaman merdeka ini justru keindahan dan ketentraman sudah sudah ditemukan.

0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini