Media Informasi di Sekolah sebagai Ajang Latihan Menulis
"MENULISLAH DENGAN ALASAN APA PUN !". Ucapan salah satu penulis dunia Stephen King tersebut memang benar adanya bila kita ingin terjun ke dunia jurnalistik. Namun sayangnya, metode pembelajaran di sekolah-sekolah tidak memakai pemikiran tersebut sebagai patokan bagi anak-anak Indonesia untuk cinta menulis. Padahal sekolah merupakan media dan sarana nomor satu untuk menciptakan penulis sejak awal mula.
Tetapi pada kenyataannya justru sedikit sekali anak-anak sekolah yang mahir menulis. Bahkan ada suatu ketakutan tersendiri bagi beberapa anak sekolah ketika disuruh membuat suatu karangan. Bukan karena tidak bisa menulis, namun justru karena mereka tidak tahu harus memulai dari mana.
Karena keprihatinan tersebut, Forum Jurnalistik Guru-Siswa Universitas Negeri Yogyakarta menggelar seminar jurnalistik bertajuk "Pemberdayaan Potensi Siswa dan Guru Melalui Penerbitan Media Informasi di Sekolah", Selasa (10/8) siang di Aula SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menghadirkan pembicara Arwan Tuti Artha dari Kedaulatan Rakyat dan St. Kartono, penulis lepas pada koran-koran lokal dan nasional di Indonesia.
Menurut Kartono, setiap guru dan siswa pada dasarnya mempunyai kemampuan atau potensi dalam hal tulis-menulis. Yang diperlukan adalah penggarapan potensi tersebut lewat media sekolah yang tepat untuk mengasahnya. "Media di sekolah dapat dipahami sebagai media yang dibuat atau diselenggarakan oleh keluarga widyani (civitas) sekolah atau media informasi yang ada di sekolah, baik berlangganan, membeli, maupun secara cuma-cuma yang berupa koran, majalah atu tabloid," jelasnya.
Yang terpenting dalam penciptaan karya tulis bagi media sekolah tersebut adalah keberanian siswa dalam mengekspresikan pikiran dan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Sementara para guru diharapkan tidak mengoeksi dan mengontrol terlalu ketat kemauan siswanya lewat "penyumbatan" aspek kebahasaan sebuah tulisan daripada ide-ide yang mestinya diungkapkan. "Memahami teori dasar menulis memang penting, tetapi terus membaca memperkaya informasi, megikuti karya orang lain, dan terus mencoba menulis adalah strategi mewujudkan keinginan. menemukan manfaat dan nilai-nilai (values) dari sebuah karya atau perbuatan akan mendorong untuk maju dan bertekun dengan potensi yang dimiliki," paparnya.
Selain pemahaman potensi tersebut, perlu adanya pemanfaatan media massa, baik lokal maupun nasional. Misalnya saja lewat langganan koran yang dipajang secara bebas di tempat-tempat strategis seperti di perpustakaan ataupun kantin yang sering didatangi murid-murid. Lewat media massa itu pula, siswa dianjurkan untuk mengirim karya-karya tulis mereka untuk menumbuhkan semangat dan keberanian menulis terus-menerus. Ketekunan tersebut menurut Kartono nantinya akan mendatangkan hasil yang maksimal.
Sementara itu, Arwan Tuti Artha menjelaskan tentang manajemen penerbitan dan strategi penyampaian informasi media pada umumnya, baik dari segi pengelolaan media, isi penerbitan, kegiatan pers, kelayakan dan kelengkapan isi berita serta kiat-kiat dalam penyampaian informasi melalui pers. Beberapa hal untuk penyampaian informasi tersebut misalnya dapat dilakukan lewat press conference, press release, wawancara langsung, press tour dan lain sebagainya.
Kirim Komentar