Operasi Bajaj Timbulkan Konflik Antar Tukang Becak
AUDIENSI DIGELAR DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI DIY mengenai adanya usulan pengoperasian bajaj di DIY. Pengusulan bajaj ini didasarkan pada keinginan 38 paguyuban becak yang sehari-hari beroperasi di Yogyakarta. Sebagai juru bicara dari 38 paguyuban becak, T Wintolo mengatakan bahw kendaraan bajaj diusulkan untuk meningkatkan taraf hidup dan meminimalisir tenaga tukang becak.
"Keberadaan bajaj dapat meningkatkan taraf hidup para tukang becak untuk jangka panjang. Mereka mengeluh dengan mengayuh becak karena sudah mengeluarkan banyak tenaga tidak menjamin akan mendapatkan setoran yang banyak. Makanya kita mengusulkan bajaj dapat dioperasikan di Yogyakarta," tukasnya kepada wartawan Dinas Peruhubungan DIY Babarsari Selasa (19/10) pagi.
Usulan beroperasinya bajaj tersebut dalam audiensi mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak yang hadir seperti Dinhub Sleman, Dinhub Kulon Progo, Dinhub Gunung Kidul, Dinhub Yogyakarta, Organda, KOPATA, Pusat Studi Transportasi dn Logistik (PUSTRAL), YLKI, aparat kepolisian, Paguyuban Becak Wisata Yogyakarta dan PUSKOPKAR.
Sekretaris OSAKA yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa bajaj jangan dilihat dari dampak negatifnya saja tapi juga sisi lain yang tentunya dapat menunjang dan memperbaiki kehidupan seseorang.
Dari tanggapan yang mereka keluarkan, mayoritas secara implisit maupun eksplisit menolak terhadap pengoperasian bajaj. Berbagai alasan mereka kemukakan di antaranya Dinhub Sleman menginginkan penelitian lebih lanjut mengenai polusi yang akan ditimbulkan. Hal senada juga diungkapkan oleh Dinhub Yogyakarta yang mengatakan bahwa saat ini Kota Yogyakarta sedang menggalakkan efisiensi ruang dan dampak lingkungan.
Dalam audiensi tersebut juga muncul penolakan dari Paguyuban Becak Wisata Yogyakarta yang disertai dengan lampiran ratusan tanda tangan drai para pengemudi becak. Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Propinsi DIY Setiyoso mengatakan bahwa untuk keputusan beroperasi tidaknya bajaj di DIY akan diserahkan kepada masing-masing daerah dalam hal ini kota dan kabupaten di DIY.
Menjadi suatu fenomena tersendiri ketika sesama tukang becak saling berbeda pendapat apalagi sudah berbicara mengenai idealisme dengan perut. Paguyuban becak yang mengusulkan bajaj tentunya dilandasi dengan perbaikan taraf hidup mereka mejadi lebih dari yang sebelumnya. Sedangkan untuk pihak yang lain ingin mempertahankan eksistensi becak sebagai aikon apalagi sedang digenjot sebagai becak wisata Yogyakarta.
Kirim Komentar