Biennale Jogja VIII 2005 "Di Sini & Kini"

Oleh : Donum Theo / Senin, 00 0000 00:00

Bangunan bersejarah dan lingkungan serta peradaban yang kita miliki baru terasa ada dan bermakna bila diamati dan dimaknai. Tanpa pengamatan dan pemaknaan, mereka bukan apa-apa atau jadi terlihat sebagai penghalang. Biennale Jogja VIII 2005 sebagai kekayaan kota Jogja yang dinamik mengundang Anda seniman atau siapa saja yang bermental kreatif dan inovatif, atau yang percaya pada seni sebagai sarana untuk membangkitkan daya hidup untuk sejenak berhenti, guna memandang Jogja sebagai sesuatu yang hidup pada saat ini juga, dengan segala kelebihan dan kekurangan, untuk diinterpretasi dan dimaknai dengan seni.

Biennale Jogja VII 2005 bertajuk "Di Sini & Kini" [Consciousness of the Here and Now], hadir untuk memaknai pertemuan antara dinamika seni rupa dan realita peradaban yang berlangsung di seputar kita, yang material maupun immaterial. Untuk merealisasikannya, dalam kesempatan ini karya-karya seni yang terpilih tidak cuma digelar atau dipasang di gedung-gedung atau tempat-tempat yang lazim dipakai untuk pameran seni, tetapi juga di tempat-tempat atau bangunan-bangunan yang dianggap sebagai pusaka [heritage], seperti kawasan Kotagede, Benteng Vredeburg, Gedung Sositet Militer, kawasan Nitiprayan, kawasan Pabrik Cerutu Tarumartani, kawasan Sagan, kawasan Bintaran, kawasan Jetis, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, dan kawasan Kotabaru [gedung SMA Negeri III/3B dan Jogja Study Center].

Terkait dengan itu, pusaka [heritage] menjadi subjek utama dalam merumuskan tema Biennale Jogja kali ini. Dalam ini pula kesadaran akan sejarah diperkaya dengan kesadaran akan lingkungan pada masa kini, atau sebaliknya kesadaran akan lingkungan dan masa kini semakin dimantapkan dengan kesadaran akan sejarah atau bahkan memunculkan bentuk relasi yang berbeda. Dengan pemikiran dan penghayatan bolak-balik ini diharapkan muncul ide-ide segar dan kreasi-kreasi baru atau refleksi interpretasi yang lebih kaya.

Salah satu langkah untuk mengundang karya-karya yang merefleksikan atau merepresentasi zaman, mengeksplorasi kemungkinan wujud baru untuk berinteraksi, membangun interelasi, bahkan provokasi, atau mempertanyakan, mengkaji ulang makna pusaka, Biennale Jogja menerapkan cara pendekatan kontekstual, dalam arti karya-karya yang terpilih untuk digelar dalam Biennale Jogja VIII 2005 punya keterkaitan dengan lingkungan, dan karya-karya itu dibentuk melalui proses penghidupan kembali napas spesifik dari lingkungan yang tergelar, atau dari pusaka yang ada.

Diharapkan dalam Biennale Jogja VIII 2005 muncul karya-karya seni dengan metafor-metafor baru dan imajinatif, sehingga masyarakat pemirsa mampu menghayati kembali, atau hadir dalam momen-momen yang dilaluinya dengan kesadaran penuh, sehingga mampu pula melihat isu-isu budaya di Jogja, yang rupanya punya pola yang kurang-lebih sama dengan isu-isu budaya di berbagai kota dunia.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    CJDW 107 FM

    CJDW 107 FM

    CJDW 107 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini