"We must never forget that art is not a form of propaganda; it is form of the truth.", adalah sebaris kutipan dari John F. Kennedy yang diambil oleh V-Art Gallery Jogja untuk memulai perjalanan seorang manusia biasa menikmati karya seni. Apalagi disebut-sebut bahwa memahami sebuah karya seni adala mudah, tetapi juga sekaligus sulit. Sulit apabila harus dipahami dengan sejarah panjang tentang kesenian dan tanda-tanda zaman yang terangkum dalam setiap karyanya.
Adalah V-Art Gallery yang terletak di Jl. Laksda. Adisucipto No. 165 Yogyakarta. Bermula dari obrolan ringan antara Budi S. Pranoto dan kawan-kawan, tentang kehidupan seni, khususnya dunia seni lukis, bahwa karya seni masih terbatas pada sebuah kelompok masyarakat tertentu. Sebagian besar dari masyarakat kebanyakan yang meletakkan karya seni level kebutuhan tersier, atau bahkan di bawahnya.
Kebutuhan menikmati sebuah karya seni seharusnya tidak termonopoli oleh sebuah kelompok kecil masyarakat atau seniman lainnya. Karya seni harus ditempatkan sebagai bagian dari sisi kehidupan manusia yang akan mengajarkan makna dari keseimbangan hidup dan juga memajukan tingkat peradaban manusia pada umumnya.
V-Art Gallery hadir di Kota Jogja sebagai sebuah wadah bertemunya para seniman dengan para penikmat seni. Galeri yang baru dibuka per 1 April 2006 ini diharapkan menjadi salah satu alternatif jembatan bagi masyarakat di dalam memahami ruang keindahan yang terletak di balik sebuah karya seni. V-Art yang mengedepankan konsep galeri dan cafe ini mencoba menggali kembali makna karya seni dan mengetengahkan tema "an affordable art".
Pembukaan perdana diawali dengan tema "behind the realism" yang didukung beberapa seniman, yaitu: Agus Kamal, Andi D. Iskaryanto, Caroline Rika, Donna P. Arissuta, E. Sigit Santoso, Hadi Soesanto, Hayatuddin, Ida Bagus Indra, I Made Supena, I Wayan Sudjana, Joko "Gundul" S., Ketut Suwidiarta, Nasirun, Poleng Rediasa, Samsul Arifin, Sudarisman, Sugijo Dwi Harso, Sunarto, Tatang Bsp., Wahyu Gunawan, Yuli Prayitno, dan Zulfa Hendra.
Kirim Komentar