Tempe Kedelai dan Peyek Undur-undur untuk Sang Wapres

Oleh : Donum Theo / Senin, 00 0000 00:00

Kamis, 1 Juni 2006, Wakil Presiden M. Jusuf Kalla mengatakan pemerintah akan mengucurkan bantuan pembangunan kembali rumah korban gempa DIY-Jateng sebesar 10-30 juta. Setelah lebih dari satu bulan, tidak ada kabar lanjutan tentang kebijakan pemerintah ini, pada tanggal 14 Juli 2006, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan pemerintah hanya menyediakan 4-5 juta rupiah untuk pembangunan rumah penduduk.

Warga yang terkena bencana di DIY bukanlah peminta-minta. Sudah menjadi kesepakatan bahwa warga akan menjadikan prisip kemandirian dan gotong royong sebagai dasar pembangunan kembali kehidupan yang luluh lantak akibat bencana gempa bumi tersebut. Namun, masyarakat juga tahu bahwa pejabat Negara seharusnya berbicara dengan kesungguhan dan dapat dibuktikan di lapangan karena sabdaning ratu sak kecap rata tiyang sak nagari (perkataan pejabat Negara meskipun hanya sekelumit akan diikuti oleh rakyat seluruh Negara).

Sudah menjadi kebiasaan di negeri ini, ucapan pejabat Negara dianggap tidak pernah salah. Hal itu juga yang terjadi dalam kasus ini, Wakil Presiden tidak merasa bersalah dan tidak merasa perlu bertanggungjawab atas ucapannya.

Hari ini, Selasa 18 Juli 2006, warga korban bencana gempa bumi di DIY melaksanakan aksi dari Alun Alun Utara Kraton sampai dengan Kantor Gubernur di Kepatihan Malioboro, sebagian prosesi ini akan dilakukan dengan cara berjalan mundur. Tuntutan warga yang tergabung dalam Suara Warga Korban Gempa Yogyakarta (UPLINK - Urban Poor Linkage), adalah M. Jusuf Kalla mundur dari jabatannya sebagai Wakil Presiden. Warga tersebut akan menitipkan kepada Gubernur DIY, suatu hadiah kepada Wapres Jusuf Kalla berupa satu toples peyek undur-undur yang melambangkan tuntutan agar dia mengundurkan diri, dan tempe sebagai simbol perkataan yang mencla-mencle (esok dele sore tempe).

Dalam prosesi aksi ini, warga juga membawa simbol Bathara Kala, suatu kekuatan negatif yang mengancam kehidupan warga. Makhluk yang dianggap memakan bulan atau matahari yang menyebabkan gerhana, membuat Bumi dilanda kegelapan. Bencana gempa bumi adalah kegelapan bagi kehidupan warga korban. Namun warga ingin bangkit menuju kehidupan yang terang benderang, dengan menyingkirkan gangguan kekuatan Bathara Kala.

Ini adalah sebuah aksi, sekaligus juga doa.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini