Selain tes DNA, foto gigi juga dapat menguak identitas jenazah yang tak dapat dikenali lagi. Siang tadi di gedung Sekretariat Pusat (gedung bulat-red) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, tim forensik yang menangani proses identifikasi jenazah juga memaparkan betapa bergunanya rekam medik yang pernah dilakukan oleh seseorang.
Sebagai contoh pada waktu proses identifikasi Prof. Koesnadi. Sekitar enam bulan yang lalu, keluarga Prof. Koesnadi pernah melakukan panoramic rontgen untuk giginya. Kemudian keluarganya memberikan rekam medis panoramic rontgen yang masih disimpan. Alhasil, tim forensik terbantu dengan data rekam medik yang ada.
"Panoramic rontgen yang pernah dilakukan Prof. Koesnadi sangat membantu proses identifikasi kami. Antemortem tesebut (rekam medik-red) sangat membantu proses identifikasi kami", tutur dr. I.B.G Surya Putra Pidada, SpF kepada wartawan siang tadi pada acara siaran pers.
Dari pengamatan GudegNet, masih banyak keluarga korban yang memberikan data antemortem yang sekiranya dapat membantu proses identifikasi jenazah yang hingga saat ini masih belum dikenali. Data antemortem yang diperoleh akan dicocokkan dengan data postmortem jenazah.
Data antemortem adalah semua data yang yang dipunyai jenazah ketika masih hidup. Data ini dapat berupa barang yang dipakai orang sebelum meninggal seperti: kalung, cincin dll, data medis orang yang memuat rekam medis orang sewaktu hidup seperti: panoramic rontgen dll. sedangkan data postmortem adalah data yang didapatkan pada jenazah.
Kirim Komentar