Yogyakarta, Indonesia - www.gudeg.net. Jika Anda jalan - jalan menuju Yogyakarta, alangkah baiknya Anda mampir ke Museum Gedung Agung Yogyakarta yang lokasinya tepat hanya didepan Museum Benteng Vredeburg. Saat ini, Dinas Pariwisata pun sedang menggalakkan program ini sebagai salah satu tujuan wisata sejarah dan budaya. Tim Gudegnet bertemu dengan staff Protokoler Museum, Nurhadi yang menemani berkeliling disekitar museum.
"Jika Anda ingin berkunjung ke museum ini boleh sekali, namun harus dengan pengawasan yang cukup ketat. Identitas seperti KTP harus ditinggal dan akan ada pengamanan namun tetap cair," katanya.
Tim Gudegnet kemudian menyerahkan KTP, serta pemeriksaan tas. Selanjutnya, tubuh dipindai dengan sebuah alat scanner canggih. Hal ini memang dimaksudkan agar lebih pada penjagaan keamanan berlapis. Secara umum, Nurhadi menjelaskan bahwa bangunan ini berdiri diatas lahan seluas 4,3 hektar. Memiliki 8 ruang utama, Wisma Sawojajar, Wisma Negara hingga Wisma Bumiretawu. "Masing - masing wisma memiliki fungsi yang beragam," katanya.
Selain itu, terdapat pula dua ruang yang dijuluki dengan nama pahlawan. Sebut saja seperti ruang Soedirman, tempat menerima tamu negara yang ingin bertemu dengan presiden, serta ruang Diponegoro, ruang khusus untuk menerima tamu wakil presiden
Secara historis, Gedung Agung pernah menjadi pusat pemerintahan RI pada 6 Januari 1946. Presiden Soekarno & Wapres Hatta berpindah ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta dan Soekarno pernah mendiami gedung tersebut.
Dilokasi yang berbeda, Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata DIY Aria Nugrahadi mengatakan bahwa bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke Museum Gedung Agung bisa mengajukan surat izin. "Itu bisa one day trip. Kami lakukan koordinasi secepatnya agar masyarakat bisa berkunjung ke sana," ungkapnya.
Lebih lanjut Aria mengatakan bahwa jika ditilik dari aspek kepariwisataan, Museum Gedung Agung Yogyakarta memiliki daya tarik yang besar. Istana Kepresidenan Yogyakarta bukan sekedar aset sejarah DIY, namun juga merupakan aset penting NKRI.
Kirim Komentar