Yogyakarta, Indonesia – www.gudeg.net Penyelenggara Kustomfest 2016 bakal menghadirkan legenda musik rock tanah air, God Bless di panggung hiburan. Kelompok musik yang sudah malang melintang lebih dari 30 tahun ini bakal tampil dan menularkan semangat mereka yang memilih bertarung ketimbang meraung.
Ini dia kisah hidupnya:
Kelompok ini berawal dari pulangnya Achmad Albar ke Indonesia tahun 1972. Saat itu, ia datang bersama Ludwig Lemans, gitaris band Clover Leaf – teman bermusik Achmad di negeri kincir angin. Delapan tahun disana, ia dan Ludwig sudah menghasilkan dua hits berjudul Tell The World dan Don’t Spoil My Day.
Saat di Indonesia, Achmad dan Ludwig bertemu pemain drum Fuad Hassan dan basis Donny Fattah. Berempat, mereka lalu berlatih di daerah Puncak. Dua minggu kemudian mereka mendapat tawaran manggung di Lemans Nightclub menggantikan the Rollies. Datangnya tawaran dari Derek Madradi, kolega Fuad Hasan ini awalnya sempat ditolak. Alasannya, saat itu mereka kekurangan personil untuk mengisi pemain keyboard. Setelah berdiskusi, akhirnya mereka memutuskan mengajak Deddy Dores (almarhum) sebagai pemain keyboard. Derek Madradi lalu memberi nama Crazy Wheels yang identik dengan dunia balap.
Saat itu Crazy Wheels menjadi kelompok yang sangat diperhitungkan. Bagaimana tidak, grup yang digawangi Donny Fattah ini bisa unjuk gigi di panggung bergengsi Teater Terbuka Taman Ismail Marzuki selama dua malam dari 4 – 5 Mei 1973. Ketika tampil, Crazy Wheels sudah tidak bersama Deddy Dores karena ia kembali ke grup lamanya Freedom of Rhapsodia.
Pada tanggal yang sama, 5 Mei 1973 Ahmad Albar mengenalkan nama God Bless. Pada formasi awal ada Donny Fattah (bass), Ludwig Lemans (gitar), Fuad Hassan (drum) serta Yockie Suryoprayogo (keyboard). Sejak awal kemunculannya, God Bless mendapat banyak pujian dari masyarakat awam maupun kalangan musisi. Setelah sukses di TIM, penampilan mereka saat mengisi acara Summer 28 di Pasar Minggu, 16 Agustus 1973 juga menjadi bahan pembicaraan. Sayangnya, saat itu Yockie off digantikan lagi Deddy Dores. Formasi terakhir itu juga mengisi film musikal berjudul Ambisi yang disutradarai Wim Umboh.
Selesai tampil di Summer ’28, God Bless banjir order. Sayangnya, pada saat yang sama Ludwig Lemans harus kembali ke Belanda karena masa berlaku visanya habis. Deddy Dores pun beralih fungsi jadi gitaris. Sedangkan kosongnya posisi pemain keyboard diisi Soman Lubis dari band Shark Move. Formasi God Bless di akhir 1973 pun menjadi Achmad Albar (vokal), Donny Fattah (bass), Deddy Dores (gitar), Soman Lubis (keyboard) serta Fuad Hassan (drum).
Belum lama berselang, formasi ketiga itu pun kembali berubah. Saat menjalani tur keliling, tiba-tiba Soman Lubis berhenti dan memilih kuliah. Lagi-lagi, Deddy Dores kembali mengisi posisi pemain keyboard. Untuk mengisi kekosongan, God Bless mengajak Deddy Stanzah dari band Rollies. Sehingga formasi ke empat itu pun menjadi Achmad Albar (vokal), Donny Fattah (gitar), Deddy Stanzah (bass), Deddy Dores (keyboard) serta Fuad Hassan (drum).
Sayangnya, baru menginjak kota ke dua saat tur, Deddy Stanzah dipecat dari formasi. Alasannya, ia terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Keluarnya Deddy sangat disayangkan banyak pihak. Itu karena saat itu ia termasuk pembetot bas terbaik di Indonesia. Belum sempat menarik napas lega, God Bless lagi-lagi dikejutkan keluarnya Deddy Dores dari formasi. Ia mengeluh karena jarak antara Bandung, tempat tinggalnya ke markas God Bless di Jakarta cukup jauh.
Keluarnya dua personil tadi membuat God Bless kalang kabut. Belum sempat menata diri, berita duka datang tiba-tiba. Dua ujung tombak God Bless, Fuad Hassan (drum) dan Soman Lubis (keyboard) meninggal dalam kecelakaan di kawasan Pancoran, Jakarta. Kejadiaan naas itu terjadi pada 9 Juni 1974 saat mereka akan latihan bersama kelompok Nasution Brothers di daerah Pegangsaan.
Praktis, peristiwa itu mengakibatkan personil God Bless tinggal dua orang yaitu Achmad Albar serta Donny Fatah. Untuk menyelesaikan sisa pertunjukan di beberapa kota, God Bless menggandeng Nasution Brothers. Formasi ke V mereka di tahun 1974 menjadi Donny Fattah (bas), Achmad Albar (vokal), Keenan Nasution (drum), Debbie Nasution (keyboard) serta Odink Nasution (gitar) dari Nasution Brothers.
Saat jumpa pers pada Jumat (08/10) sore di hotel Gaia Cosmo, Yogyakarta, Donny Fattah mengatakan ia dan Iyek (Achmad Albar) memilih terus dan tidak bubar karena saat itu God Bless ingin menjaga konsistensi sebagai kelompok musik. “Dan nama God Bless (Tuhan memberkati) ini sangat bertuah. Alhamdullilah, kami masih diberi restu untuk terus sampai sekarang.”
Personil God Bless kembali berganti. Nasution Brothers memilih berpisah dan membentuk kelompok sendiri. Beberapa saat kemudian, Achmad dan Donny mendapat pasokan “darah segar” dengan hadirnya tiga musisi handal dari band Bentoel, Malang yaitu Ian Antono (gitar), Teddy Sujaya (drum) serta Yockie Suryoprayogo (keyboard).
Pada formasi ke enam itu God Bless mencapai puncak kejayaannya. Tawaran manggung terus berdatangan, bahkan tahun 1975, God Bless menjadi band pendamping musisi kelas dunia Suzi Quatro dan Deep Purple. Mereka juga berakting di film berjudul “Laela Majenun” dan “Doel Anak Modern”. Setahun berikutnya, mereka merilis album bertajuk God Bless produksi Pramaqua.
Kondisi berbeda terjadi antara tahun 1977 sampai 1979. Saat itu kondisi musik rock di tanah air sedang terpuruk. Karenanya, Achmad Albar memilih bersolo karir. Ia menggandeng personel grup AKA, Ucok Harahap. Keduanya mendirikan kelompok Duo Kribo – ini karena dua-duanya berambut kribo.
Sedangkan pada tahun 1980, God Bless mendobrak dinginnya industri rock dengan album bertajuk “Cermin” produksi Jakarta Central. Saat itu, Abadi Soesman masuk, menggantikan Yockie Suryoprayogo di posisi pemain keyboard. Pergantian itu karena Yockie sibuk dengan Badai Band bersama almarhum Chrisye dan Erros Jarot. Formasi ke tujuh God Bless menjadi Achmad Albar (vokal), Donny Fattah (bass), Ian Antono (gitar), Teddy Sunjaya (drum) serta Abadi Soesman (keyboard).
Sayangnya, komposisi tersebut hanya sampai tahun 1982. Pemain keyboard, Abadi Soesman kembali ke kelompok lamanya, Abadi Soesman Band. Sebagai penggantinya, God Bless menggandeng Dodo Zakaria. Akhirnya, formasi ke delapan itu terdiri atas Achmad Albar (vokal), Donny Fattah (bas), Ian Antono (gitar), Teddy Sujaya (drum) serta Dodo Zakaria (keyboard).
Pada tahun 1985 Dodo Zakaria dua kali tampil bareng God Bless. Pertama, di Balai Sidang pada 7 Agustus 1985. Serta Rock Power 31 Agustus 1985. Acara terakhir yang dipromotori Log Zhelebour ini mempertemukan God Bless dan band SAS yang beranggotakan Soenata Tanjung, Syech Abidin serta Arthur Kaunang.
Setelahnya, Dodo hengkang. Yockie kembali mengisi posisi pemain keyboard pada tahun 1986. Hadirnya Yockie menjadi formasi ke sembilan sejak God Bless pertama kali diresmikan pada 5 Mei 1973. Formasi itu mengadakan tur di 10 kota di pulau Jawa. Lalu, pada tahun 1988 menggebrak lewat album ketiga bertajuk “Semut Hitam” yang meraup sukses secara finansial. Band ini lalu tur keliling di 27 kota di Indonesia membawakan tembang-tembang hits seperti “Kehidupan”, “Rumah Kita”, “Semut Hitam”, “Trauma”, “Ogut Suping” serta “Bla, bla, bla”
Tahun 1989 God Bless menggebrak dengan album baru bertajuk “Raksasa”. Hadirnya, Eet Syahranie, gitaris yang pernah belajar di Amerika Serikat ini menjadikan album God Bless lebih garang dan bernuansa metal. Selain “Cendawan Kuning”, album ini menelurkan hits seperti “Menjilat Matahari” dan “Raksasa”.
Formasi ke sepuluh yang beranggotakan Achmad Albar (vokal), Donny Fattah (bas), Eet Syahranie (gitar) serta Teddy Sujaya (drum) serta Yockie Suryoprayogo (keyboard) itu kembali menggelar pertunjukan di 40 kota di Indonesia. Naas, tur itu tidak rampung karena perusahaan rokok yang menjadi sponsor tersandung persoalan cengkeh. Jakarta menjadi kota terakhir yang disinggahi pada 30 Juni 1990.
Tetap bersama Eet Syahranie, God Bless meluncurkan album kompilasi bertajuk “The Story of God Bless” pada 1990. Lagu berjudul “Huma di Atas Bukit”, “Musisi”, “Sesat”, “Setan Tertawa” dan “She Passed Away” diaransemen ulang. Di tahun yang sama, album Raksasa meraih pengghargaan BASF Award untuk kategori album rock terbaik.
Sayangnya, album kompilasi itu menjadi awal tidur panjang kelompok God Bless. Tercatat, selama tahun 1991 hanya ada satu single berjudul “Vonis” ciptaan Teddy Sujaya dan Jockie Suryoprayogo. Masa adem ayem ini terjadi karena setiap personil sibuk bersama proyek pribadinya masing-masing. Achmad Albar, Donny Fattah serta Ian Antono membuat Gong 2000 bersama Albert Wijaya, Yaya Muktio serta Harry Anggoman. Sedangkan Yockie dan Donny Fattah juga sibuk bersama Kantata . Teddy Sujaya melecut artis pendatang baru Anggun Cipta Sasmi dan Yossie Lucky. Bersama Ecky Lamoch, Eet Syahranie membentuk kelompok Edane yang merupakan akronim Eet dan Ecky. Mereka menggandeng pemain drum Fajar Satritama dan basis Iwan Xaverius.
Hingga pada 1997, Achmad Albar mempersatukan kembali anggota keluarga yang telah lama terpisah ini ke sebuah rumah bernama God Bless. Inilah formasi ke sebelas beranggotakan Achmad Albar, Donny Fattah, Yockie Suryoprayogo, Teddy Sujaya serta Eet Syaharanie
Setelah dua bulan “menepi” di Villa Aries Biru, Cisarua, Bogor, sejak April sampai Juni 1997, God Bless kembali merilis album kelima bertajuk “Apa Kabar?”. Tiga hitsnya yaitu “Apa Kabar?”, “Anakku” serta “Srigala Jalanan”. Pada tahun yang sama, God Bless mendapat penghargaan dari Video Musik Indonesia karena klip lagu Srigala Jalanan terpilih sebagai video klip terfavorit.
Sedangkan video klip lagu “Anakku” juga memenangkan penghargaan sebagai video klip terbaik. Berturut-turut sejak awal November dan akhir Desember, God Bless melakukan tur ke lima kota yaitu Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, serta Jakarta.
Tahun 1998 sampai 2000 God Bless kembali “tiarap”. Saat itu bangsa Indonesia dihantam badai krisi moneter ditambah lagi kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Meski begitu, pada Juli 1999, Yockie Suryoprayogo sempat merilis single bertajuk “Aku Bersaksi”.
Tahun 2002, God Bless muncul dengan formasi dua pemain keyboard. Selain tetap diperkuat personil awal Ian Antono, Donny Fattah serta Abadi Soesman, hadirnya Iwang Noorsaid di posisi pemain keyboard dan Inang Noorsaid sebagai drummer memperkuat jejak langkah band legendaris ini. Formasi ke dua belas ini beberapa kali mengadakan pertunjukan dari cafe ke cafe serta konser di beberapa kota. Sayang, formasi ini hanya bertahan selama dua tahun. Tahun 2004 Noorsaid bersaudara mundur.
Untuk menggantikan Inang Noorsaid, God Bless menggandeng drummer jazz Gilang Ramadhan. Formasi ke tiga belas ini beberapa kali pentas di panggung-panggung “besar” seperti Soundrenaline, arena Pekan Raya Jakarta, bintang tamu di Rock Asean Concert 2004, tur Merah Putih 2006 sampai band pendamping grup rock kelas dunia asal Inggris, Uriah Heep.
Tiga tahun kemudian, tepatnya 2007, Gilang Ramadhan mundur. Yaya Muktio, drummer eks. Gong 2000 menggantikan posisinya. Formasi ke empat belas tersebut sempat merilis album bertajuk “36 th” pada tahun 2009. Pada tahun yang sama God Bless mendapat penghargaan AMI Awards kategori Lifetime Achievement serta The Immortal dari majalah Rolling Stones Indonesia.
Tahun 2012, formasi God Bless kembali berubah. Yaya Muktio mundur. Fajar Satritama penabuh drum kelompok cadas Edane yang menggantikannya. Pada tahun Naga Air itu God Bless kembali dilanda musibah. Pendiri grup, Donny Fattah terkena serangan jantung. Untuk sementara waktu, posisinya digantikan Arya Setyadi, pemain bas dari kelompok Wolfgang. Setelah pulih, Donny Fattah kembali memperkuat God Bless bersama Achmad Albar, Ian Antono, Abadi Soesman serta Fajar Satritama.
Bersama formasi ke lima belas ini, God Bless mempersiapkan peringatan ulang tahun ke 40. Band yang berdiri 5 Mei 1973 ini juga menggadang-gadang lahirnya album ketujuh. Menurut Achmad Albar saat jumpa pers di hotel Gaia Cosmo, Yogyakarta, “Album ini berisi aransemen ulang dari album “Cermin”.”
Pada 2016 God Bless berencana tampil di Kustomfest – sebuah ajang modifikasi lokal yang punya reputasi global. Lulut Wahyudi, direktur Kustomfest mengatakan hadirnya God Bless karena dedikasi mereka di dunia musik. “Semoga semangat God Bless menular ke mereka yang menonton dan hadir di Kustomfest,” katanya di tempat yang sama. “Bahwa menjadi legenda itu benar-benar butuh proses panjang. 40 tahun bukan waktu yang singkat.” Rencananya, God Bless akan tampil pada Sabtu (08/10) malam di panggung terbuka Kustomfest di Jogja Expo Centre Yogyakarta.
Selamat menyaksikan!
Sumber data: godblessrock.com
Penulis: Al. Indratno
Editor : Al. Indratno
Kirim Komentar