Pameran "Agro Metal" oleh Samuel Indratma
[Expired] 12 - 31 Mei 2009
Pameran tunggal perupa yang dikenal dengan karya muralnya ini dibuka pada Selasa, 12 Mei 2008 dan berlangsung hingga 31 Mei 2009 di Tembi contemporary, Bantul, Yogyakarta.
Setelah mengalami kehebohan boom seni rupa, kini krisis global mulai memperlihatkan dampaknya. Walaupun tensi perniagaan seni rupa sedang menurun, namun inilah saat untuk mendalami sejarah seni rupa beberapa dekade ke belakang untuk memperhatikan kesenian dan seniman yang telah berkomitmen terhadap paradigma dan praktek kesenian yang diyakininya.
Tembi Contemporary telah memilih Samuel Indratma, aktivis seniman dan perupa, untuk mempresentasikan pameran tunggalnya bertajuk "Agro Metal". Pilihan terhadap istilah aktivis seniman didasarkan pada praktek berkesenian Samuel Indratma selama lebih dari satu dekade yang fokus pada perjuangan mengembalikan ruang publik kepada masyarakat melalui seni mural. Selama di bawah rezim orde baru, maka ruang publik telah dikuasai oleh negara dan warga tidak mempunyai akses untuk menggunakan ruang publik untuk kepentingannya.
Samuel Indratma pun memilih metode perjuangannya dengan khas kultur jawa. Seperti yang dikatakannya bahwa "revolusi tidak harus dengan mengepalkan tangan, tetapi bisa dilakukan dengan cara permisi". Mengamati kultur masyarakat yang baru lepas dari genggaman penguasa yang otoriter, maka bisa dimengerti jika rasa takut masih mencengkeram mentalitas warga. Akhirnya, Samuel Indratma menggunakan pendekatan yang apolitis, seperti humor, visual yang "ramah" atau memberikan rasa nyaman bagi mereka yang melihatnya. Paradigma keseniannya ini diimplementasikan melalui kelompok yang ia dirikan, diantaranya Apotik Komik, Jogja Mural Forum, maupun beragam praktik kesenian atas nama pribadinya.
Di samping berperan sebagai aktivis seni, Samuel Indratma juga melakukan pameran-pameran pribadinya. Pamerannya kali ini merupakan pameran tunggalnya yang ke lima. Jika sebelumnya ia pernah mengeksplorasi bahan kertas, maka saat ini Samuel Indratma menggunakan bahan plat bekas. Kegemaran menggunakan bahan bekas ini juga kita temui dalam proyek-proyek seni yang dirancangnya.
Dalam pameran ini lebih dari 20 karya akan dipresentasikan. Karya tiga dimensi, instalasi dengan audio visual, dan dua dimensi (lukisan di atas plat bekas). Salah satu karyanya yang menarik ialah instalasi tebeng becak berukuran kecil yang digabungkan dengan video art tentang seorang pengemudi becak yang sedang melantunkan tembang jawa. Becak adalah kendaraan yang masih eksis dan menjadi "kebanggaan" Kota Jogjakarta. Namun entah berapa lama lagi kehadiran mereka bisa bertahan dalam perkembangan kota yang menggunakan logika modern yaitu percepatan, efisiensi, namun sekaligus menghasilkan polusi kota yang lebih tinggi. Masih banyak lagi karyanya yang menarik, seperti instalasi nomor rumah, penanda nomor telepon penting kota, dan lain-lain. Tetapi setidaknya pameran ini bisa memaparkan kita tentang persoalan kota yang sepele tetapi menunjukkan siapa kita.
Setelah mengalami kehebohan boom seni rupa, kini krisis global mulai memperlihatkan dampaknya. Walaupun tensi perniagaan seni rupa sedang menurun, namun inilah saat untuk mendalami sejarah seni rupa beberapa dekade ke belakang untuk memperhatikan kesenian dan seniman yang telah berkomitmen terhadap paradigma dan praktek kesenian yang diyakininya.
Tembi Contemporary telah memilih Samuel Indratma, aktivis seniman dan perupa, untuk mempresentasikan pameran tunggalnya bertajuk "Agro Metal". Pilihan terhadap istilah aktivis seniman didasarkan pada praktek berkesenian Samuel Indratma selama lebih dari satu dekade yang fokus pada perjuangan mengembalikan ruang publik kepada masyarakat melalui seni mural. Selama di bawah rezim orde baru, maka ruang publik telah dikuasai oleh negara dan warga tidak mempunyai akses untuk menggunakan ruang publik untuk kepentingannya.
Samuel Indratma pun memilih metode perjuangannya dengan khas kultur jawa. Seperti yang dikatakannya bahwa "revolusi tidak harus dengan mengepalkan tangan, tetapi bisa dilakukan dengan cara permisi". Mengamati kultur masyarakat yang baru lepas dari genggaman penguasa yang otoriter, maka bisa dimengerti jika rasa takut masih mencengkeram mentalitas warga. Akhirnya, Samuel Indratma menggunakan pendekatan yang apolitis, seperti humor, visual yang "ramah" atau memberikan rasa nyaman bagi mereka yang melihatnya. Paradigma keseniannya ini diimplementasikan melalui kelompok yang ia dirikan, diantaranya Apotik Komik, Jogja Mural Forum, maupun beragam praktik kesenian atas nama pribadinya.
Di samping berperan sebagai aktivis seni, Samuel Indratma juga melakukan pameran-pameran pribadinya. Pamerannya kali ini merupakan pameran tunggalnya yang ke lima. Jika sebelumnya ia pernah mengeksplorasi bahan kertas, maka saat ini Samuel Indratma menggunakan bahan plat bekas. Kegemaran menggunakan bahan bekas ini juga kita temui dalam proyek-proyek seni yang dirancangnya.
Dalam pameran ini lebih dari 20 karya akan dipresentasikan. Karya tiga dimensi, instalasi dengan audio visual, dan dua dimensi (lukisan di atas plat bekas). Salah satu karyanya yang menarik ialah instalasi tebeng becak berukuran kecil yang digabungkan dengan video art tentang seorang pengemudi becak yang sedang melantunkan tembang jawa. Becak adalah kendaraan yang masih eksis dan menjadi "kebanggaan" Kota Jogjakarta. Namun entah berapa lama lagi kehadiran mereka bisa bertahan dalam perkembangan kota yang menggunakan logika modern yaitu percepatan, efisiensi, namun sekaligus menghasilkan polusi kota yang lebih tinggi. Masih banyak lagi karyanya yang menarik, seperti instalasi nomor rumah, penanda nomor telepon penting kota, dan lain-lain. Tetapi setidaknya pameran ini bisa memaparkan kita tentang persoalan kota yang sepele tetapi menunjukkan siapa kita.