Emansipasi Desa, Kebudayaan, Ritus, dan Pengetahuan
[Expired] 2 - 04 Oktober 2015

Biennale Jogja (BJ) merupakan perhelatan besar seni rupa yang rutin diselenggarakan setiap dua tahun sekali oleh Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2011, YBY meluncurkan proyek Biennale Jogja seri Ekuator (Biennale Equator). Seperti ditunjukkan pada namanya, Biennale Equator adalah Biennale yang bekerja di kawasan Khatulistiwa. BJ seri Equator ini akan membawa Indonesia, khususnya Yogyakarta, mengelilingi planet Bumi melintasi garis selama 10 tahun.
BJ seri Ekuator merupakan serangkaian pameran dengan agenda jangka panjang yang akan berlangsung sampai dengan tahun 2022. Dalam setiap penyelenggaraannya, Biennale Equator akan bekerja sama dengan satu atau lebih negara atau kawasan di sekitar Katulistiwa. Pada perhelatan BJ XIII 2015 – Equator #3 kali ini, YBY mempertemukan Indonesia dengan salah satu negara di Benua Afrika yaitu Nigeria.
Bersinergi dengan pemerintahan Desa Panggungharjo, perhelatan ini sekaligus menandai dibukanya rangkaian kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun Desa Panggungharjo, hingga bulan Desember 2015.
Sebagai upaya untuk mendukung dan menyongsong perhelatan besar ini, diselenggarakan beragam kegiatan yang menampilkan kreativitas dan potensi masyarakat lokal.
Salah satunya ditunjukkan dalam Panggung Literasi Selatan (PLS). Kegiatan ini merujuk pada lokasi penyelenggaraan, yaitu di Desa Pangguharjo, Sewon, Bantul. Terbagi dalam tiga titik di desa yang potensial ini, warga desa menghadirkan pelbagai pontensinya untuk dapat diangkat ke panggung internasional. Maka tak berlebihan jika tagline yang dipakai adalah Dari Panggungharjo ke Panggung Internasional yang dikemas dalam tema besar “Emansipasi Desa: Kebudayaan, Ritus dan Pengetahuan”.
Fokus utama dari festival ini adalah pada tema. Ada dua hal yang coba dirayakan dalam festival ini. Pertama, memberi ruang bagi praktik-praktik literasi yang mandiri dari pelbagai latar identitas tertentu. Kedua, memanggungkan praktik-praktik ritual yang ada dalam masyarakat sebagai bagian dari praktik literasi warga. Selain itu acara juga mengakomodasi isu Asia dan Afrika melalui kajian sastra dan film.
Dalam praktik perhelatan PLS, komunitas yang tampil cukup beragam. Salah satunya adalah Radio Buku yang selama ini menjadi media dan ruang bagi kerja literasi dan dokumentasi pada bidang perbukuan, sejarah, seni, dan sastra. Selain itu kerjasama perhelatan juga melibatkan komunitas lain seperti Bunda Kata, Grup-grup Kesenian Desa Panggungharjo, MojokDotCo, Pindai, Jombloo, Minum Kopi, Warung Arsip, Ngopi Nyastro, Kamissinema ISI, RKSD, Jawigrapgy, Warkop Bintang Mataram 1915, Dongeng Kopi, Komunitas Kretek, dan kolektor-kolektor zine dari Yogyakarta, Bandung, dan Solo.
Ragam Kegiatan
Kegiatan Panggung Literasi Selatan (PLS) terdiri dari pameran, pasar, pertunjukan, diskusi, pemutaran film, dan kirab budaya. Kegiatan itu diselenggarakan di tiga lokasi, yaitu:
1. Dusun Prancak Glondong (Halaman Radio Buku, Jl. Sewon Indah I)
2. Dusun Pandes (Kantor Kelurahan Panggungharjo)
3. Lapangan Prancak (Utara Kampus ISI Yogyakarta)
Rembug Desa
Minggu, 3 Oktober 2015 | 10.00-13.00 WIB
Ruang Pertemuan Kantor Kelurahan Panggungharjo
Rembug ini menjadi forum silaturahmi dan ngudo roso pelbagai elemen desa di Bantul demi terwujudnya cita-cita bersama. Penggerak-penggerak budaya di Yogyakarta dihadirkan untuk berbagi pengalaman membangun desa berbasis budaya dan wisata.
Kirab Budaya
Minggu, 4 Oktober 2015
14.00 - 18.00 WIB
Mulai: Situs Karanggede, Geneng | Akhir: Kantor Kelurahan Panggungharjo
Kirab ini merupakan agenda rutin dari Desa Panggungharjo yang diselenggarakan sebagai bentuk syukur atas hari jadi desa tersebut. Dalam Equator Festival Biennale Jogja XIII, kirab budaya ini diselenggarakan menyusuri situs budaya Karanggede yang menjadi penanda terakhir bagaimana cerita kampung ini dimulai.
Kirab ini diikuti warga dari beragam dusun yang ada dalam wilayah administratif Kelurahan Panggungharjo, kelompok kesenian, kelurahan tetangga yang diundang, mahasiswa seni, maupun turis asing yang berdarmawisata di Jogja, serta peserta Panggung Literasi Selatan. Dalam kirab ini, potensi desa wisata Panggungharjo diperlihatkan, selain dalam keikutsertaan, juga partisipasi dalam pembukaan dapur umum sebagai wujud penanaman nilai kegotongroyongan dalam desa.
Panggung Seni Desa
2,3, 4 Oktober 2015 | 09.00 - 22.00 WIB
Panggung seni desa diisi oleh sekira 20-an kelompok seni yang dikelola warga secara mandiri. Dengan tema “Menyatukan Yang Terserak”, panggung ini adalah upaya pelacakan, penyatuan, dan media pemberdayaan seni warga. Kelompok seni warga desa yang terlibat, antara lain:
Karawitan Ibu-ibu Purborini (Geneng), Qolbu Laras Manunggal (Jogoripon), Paguyuban Purbo Laras (Geneng), Pencak Silat Wijaya Kusama (Dongkelan), Orkes Tradisi Tombo Ati (Kweni), Paguyuban Karawitan Purba Wirama (Geneng), Silverstay Band (Tegal Krapyak), Tari Candik Ayu (Jogoripon), Kampung Dolanan (Pandes), Sanggar Anak Saraswati (Kweni), Sanggar Seni Remaja Wiramuda (Prancak Dukuh), Paguyuban Shalawat Jawa Ngudi Utomo (Krapyak Wetan), Kelompok Seni Sasana Rukun Margo Hasanah (Krapyak Kulon), Grup Rebana Putri Al Halim (Geneng), Ketoprak Mudho Budi Wiromo (Pandes), Shalawat Jawi (Cabeyan), Karawitan Laras Manunggal (Tegal Krapyak), Kumolo Retno (Dongkelan), Kelompok Manunggal Budaya (Dongkelan), Jathilan Manunggal Budaya (Dongkelan), Grup Akustik Suges (Gesikan), Jathilan Kuda Beksi Muda Manunggal (Pandes), Bregodo Wirotamtomo (Pandes), Sanggar Seni Muda-mudi (Gesikan), TK PKK 117 Asy Syakirin (Geneng), Sanggar Pelangi feat RM Fajar Dwiarianto (Dongkelan).
Kelompok seni desa ini tampil di tiga panggung utama yang tersebar di Dusun Prancak Glondong (Halaman Radio Buku, Jl. Sewon Indah I), Dusun Pandes (Kantor Kelurahan Panggungharjo), dan Lapangan Prancak.
Pameran dan Workshop Mading
2,3, 4 Oktober 2015 | 09.00 - 22.00 WIB
Kantor Kelurahan Panggungharjo | Pandes
Melibatkan puluhan sekolah SMP se-Kabupaten Bantul, pameran mading ini bertujuan untuk memancing kepekaan siswa menggali sisi keistimewaan di lingkungan sekitarnya. Bertajuk “Kita Istimewa”, mading yang dipamerkan dinilai oleh pengunjung dan pemenang pilihan pengunjung tersebut diumumkan saat penutupan Panggung Literasi Selatan.
Untuk memperkaya pengetahuan perihal mading dan pengelolaan gagasan, Combaine Resource Institution (CRI) pada Sabtu, 3 Oktober 2015, pukul 12.00-14.00 memfasilitasi perwakilan peserta mading untuk belajar bersama dalam sebuah kelas lokakarya di Kantor Kelurahan Panggungharjo.
Lapak Buku Indie
2,3, 4 Oktober 2015 | 09.00 - 22.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I Prancak Glondong
Lapak Buku dinisiasi Pojok Cerpen dengan melibatkan produsen dan lapak yang saat ini eksis di dunia perbukuan Yogyakarta, seperti Sindikat Buku, Jual Buku Sastra, Indie Book Corner, dan Warung Arsip. Lapak Buku ini menyuguhkan buku-buku yang diterbitkan secara mandiri dan independen, termasuk di dalamnya buku-buku silat/seks yang populer di tahun 80-an.
Lapak Makalah Bermutu Pindai
2,3, 4 Oktober 2015 | 09.00 - 22.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I, Prancak Glondong
Bertajuk “Free Makalah Bermutu Pindai; Gandakan di Fotocopy”, Pindai menyajikan makalah-makalah bermutu dari penulis-penulis terpilih. PINDAI.ORG adalah ruang publikasi kolektif untuk peliputan dan analisis yang disajikan secara kritis sekaligus mendalam. Melalui prinsip kerja jurnalisme telaten, Pindai berupaya membangun informasi yang cermat, teliti, dan akurat, dengan pendekatan narasi yang luwes dan segar. Kerja-kerjanya, meski tak selalu, melalui proses kurasi editor. Makalah-makalah yang dikerjakan perkumpulan anak muda yang bisa dihubungi di redaksi@pindai.org.
Lapak Kliping Jogja Istimewa Warung Arsip
2,3, 4 Oktober 2015 | 09.00 - 22.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I, Prancak Glondong
Menghadirkan kliping lengkap tentang perdebatan awal hingga ditetapkan Keistimewaan Yogyakarta. Juga kliping dengan fokus utama di seputar politik keraton dan perkawinan. Kliping ini disusun warga yang tinggal di Yogyakarta, Mbah Slamet Suwanto. Dengan kegigihan dan keuletannya, berbundel-bundel kliping itu bisa dibaca dan digandakan dengan fotocopy secara gratis.
Jawigraphy
2,3, 4 Oktober 2015 | 09.00 - 22.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I, Prancak Glondong
Ringkasan identitas pengunjung ditulis di atas lontar? Datang saja ke booth pertunjukan "Jawigraphy". Seniman muda kaligrafi Jawa, Akeem, menuliskan diri pengunjung secara on the spot di atas daun lontar yang menjadi medium literasi saat RI masih di era kerajaan-kerajaan yang terserak. Menghadirkan praktik menulis di atas lontar adalah praktik menyandingkan yang silam dengan bertolak pada medium dan praktik seni kontemporer.
Nyete dan Diskusi “Kopi, Kretek, dan Negara”
Sabtu, 3 Oktober 2015 | 19.00-21.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I, Prancak Glondong
Minum Kopi, Bintang Mataram 1915, dan Komunitas Kretek mempersembahkan diskusi bertema: “Kopi, Kretek, Negara”. Selain diskusi, di booth Minum Kopi dan Bintang Mataram 1915 digelar pertunjukan dan lomba nyete, yakni seni melukis kretek dengan kopi yang menjadi tradisi "khas" Pantura. Ini upaya menghadirkan pewacanaan literasi di dunia rempah kita, terutama kopi dan kretek, yang kini bersitegang dengan kuasa modal dan negara.
Pameran & Diskusi Arsip Zine
2,3, 4 Oktober 2015 | 09.00 - 22.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I, Prancak Glondong
Pameran zine di Dusun Prancak Glondong ini diniatkan sebagai gerakan pendokumentasian dan pencatat ulang pada "jurnalisme" bawah tanah. Dikerjakan dengan melibatkan inisiasi individu dan kolektif. Pengarsipan dan pameran sampul zine terpilih hingga diskusi posisi zine dalam gerakan menjadi rantai utama festival ini. Mesin fotokopi sebagai "mesin propaganda" dihadirkan untuk penggandaan.
Pameran Zine ini menampilkan koleksi yang terserak: Indra Menus, Isrol Media Legal, Arsita Cangkang Serigala, Newseum, Ora Weruh, Pawon, Warung Arsip, dan Arsivis Solo. Di Lapak Zine!, pengunjung bisa memilih dan menggandakan!
Untuk mengetahui posisi zine dalam kultur literasi klandestin kita, diselenggarakan diskusi bertajuk sama dengan pameran, yakni “Bacaan Liar: Agen, Visual, dan Bahasa”. Diskusi ini menghadirkan pembicara: Koskow, Dosen DKV, ISI Yogyakarta; Indra Menus, Kolektor dan Penggerak Zine; Muhidin M Dahlan, Pendiri Newseum Indonesia. Sementara Arsita Pinandita, Pengajar ISI dan Musisi, bertindak sebagai moderator.
Buku Gotong-Royong
3 Oktober 2015 | 13.00 - 15.00 WIB
Radio Buku, Sewon Indah I, Prancak Glondong
Bertajuk “Gotong Royong Selipat Buku” Kelompok Bundakata yang rutin bereksperimen dengan medium cetak menggelar lokakarya tentang pembuatan bacaan dengan berkaca pada prinsip-bacaan yang digarap sederhana, terjangkau, dan emansipatif.
Panggung Sastra
2,3, 4 Oktober 2015 | 10.00 - 22.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I, Prancak Glondong
Pertunjukan puisi poskolonial dikelola komunitas sastra Ngopi Nyastro. Panggung ini juga menghadirkan orasi sastra dan budaya nonkanon oleh sastrawan Saut Situmorang. Diselenggarakan pada 4 Oktober 2015, pukul 20.00 WIB, di Dusun Prancak Glondong.
Mojok Bareng Anak Mojok
2,3, 4 Oktober 2015 | 10.00 - 22.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I, Prancak Glondong
Sebagai pendatang baru dalam dunia bacaan setelah gelombang 2.0 bergerak cepat dan gawai makin murah, MOJOK.CO menyajikan bacaan baru yang segar dengan pencarian sudut pandang bahasa yang tak biasa. Walau masih berusia satu tahun, web yang berjargon “Sedikit Nakal Banyak Akal” ini mampu mendatangkan pembaca yang melimpah.
Inilah media selow yang mewadahi tulisan para penulis yang punya energi serta kreativitas berlebih. Sebuah media alternatif dengan konten segar dan menghibur. Media untuk bersenang-senang dan bergembira bersama.
Beberapa penulis utama di MOJOK.CO menjadikan arena Panggung Literasi Selatan sebagai panggung mojok.
Kamar Jomblo
2,3, 4 Oktober 2015 | 10.00 - 22.00 WIB
Hall Radio Buku "Bale Black Box", Sewon Indah I, Prancak Glondong
Jombloo, sebuah situs web yang masih happy dengan “aib”-nya dalam masyarakat berpasangan, berijtihad memperkenalkan kepada publik bagaimana sesungguhnya kehidupan kamar seorang jomblo. Jombloo juga menampilkan seniman-seniman berbakat dari kaumnya: seperti karya-karya “potosopan” Agus Mulyadi yang membuatnya menjadi selebritas kesepian dan parade poster meme-meme marxis yang tragis dari Dewan Kesepian Jakarta (DKJ). Jargon utamanya: Progresif, Militan, Kesepian.
Catatan Kerja Visual RKSD
2,3,4 Oktober 2015 | 10.00-22.00 WIB
Bale Black Box/Radio Buku, Sewon Indah I, Prancak Glondong
Tiga tahun bekerja dalam kampung, seniman street art yang tergabung dalam Ruang Kelas SD (RKSD), menjadi fenomena sendiri pasca Jogja Mural Forum (JMF). Dengan kegigihannya, mereka meyakinkan warga di Kampung Geneng, Panggungharjo, bahwa kerja street artist tidaklah sama dengan si vandal. Tiga tahun bersama warga itu yang mereka perlihatkan dalam “Catatan Kerja”.
Selama tiga hari Kamisinema ISI Yogyakarta menyelenggarakan pemutaran film-film dokumenter terpilih Asia (Indonesia) – Afrika (Nigeria).