Gudegnet - Walaupun baru pada tahap usulan, rencana pembangunan Taman Budaya Sleman sudah dapat melihat titik terang. “Tahun ini akan dilaksanakan feasibility studies, studi kelayakan,” terang HY Aji Wulantara, Kepala Dinas Kebudayaan Sleman, saat ditemui di rumah dinas Bupati Sleman, Rabu (9/5).
Setelah pelaksanaan studi kelayakan tahun ini, tahun 2019 akan diadakan appraisal harga tanah calon lokasi. Appraisal ini nantinya dijadikan bahan komunikasi dengan masyarakat sekitar mengenai pembebasan lahan. Taman Budaya Sleman ini diperkirakan memakan biaya kurang lebih Rp 100 miliar.
Bangunan ini direncanakan berdiri di atas tanah seluas tiga hektar, dan dibangun mulai tahun 2020. Konsep Back To Nature diusung sebagai konsep taman budaya ini. Selain bangunan fisik yang akan menempati 30% luas tanah, juga ada studio alam, ruang pamer untuk kerajinan masyarakat sekitar, dan areal sawah yang tetap dipertahankan dalam koridor taman budaya.
“Budaya agraris adalah karakteristik masyarakat Sleman barat. Nantinya masyarakat dan anak-anak akan dapat mempelajari pertanian juga,” ungkapnya. Tidak hanya untuk pertunjukan seni, tetapi untuk kebudayaan secara total. Taman budaya ini diharapkan bisa menjembatani ekspresi kebudayaan masyarakat Sleman.
Taman Budaya Sleman dibangun dengan berkiblat pada konsep Papat Lima Pancer. Di titik tengah Sleman kota pusatnya adalah pemerintahan Kabupaten Sleman, di utara ada gunung Merapi, di timur ada Candi Prambanan, di selatan ada bekas Keraton Ambarketawang. Sedangkan di barat belum ada titik penanda.
Selain itu, alasan pemilihan lokasi di Godean juga berkaitan dengan pembangunan Bandara Udara Kulonprogo, New Yogyakarta International Airport. “Lokasinya nanti ada di jalan yang strategis dari Jogja kota, Bandara Adi Sutjipto, dan Bandara Kulonprogo,” jelasnya.
“Masyarakatnya (Sleman Barat) kan, tradisional, relijius, tapi sudah sub-urban juga. Jadi harus ada benteng agar kebudayaan bisa terjaga dengan baik. Taman budaya adalah salah satu solusi,” ungkapnya lebih lanjut.
Kirim Komentar