Gudeg.net - Dinas Pariwisata DIY bekerja sama dengan Jaran Production akan kembali menggelar seni pertunjukan bertajuk Jogja International Street Performance (JISP). Agenda tahunan yang sudah memasuki tahun ketujuh ini akan dilaksanakan pada 11-12 September 2018.
Dengan merangkul dan melibatkan seniman-seniman dari berbagai Negara, JISP diharapkan bisa menjadi ruang silaturahmi budaya antar bangsa. Ide ini berangkat dari pemikiran bahwa Yogyakarta mempunyai iklim dan kesenian yang berkembang pesat dan kekayaan seni budaya yang terawatt dengan baik. Sehingga kegiatan ini mampu menjadi ajang kegiatan kesenian alternative yang memberikan ruang baru bagi seniman seni pertunjukan, baik seniman kontemporer dan tradisional untuk bebas berkreasi.
Kepada gudeg.net (10/9) Imam Pratanadi selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata DIY menjelaskan tujuan diselenggarakannya acara ini adalah “untuk menyediakan alternatif atraksi yang dapat dinikmati baik oleh wisatawan, baik mancanegara maupun wisatawan domestik yang tengah hadir di DIY, serta meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik untuk mendukung pencapaian target kenaikan jumlah wisatawan sebesar 15% di tahun 2018.”
JISP kali ini mengambil tema #7 Jogja The Dancing City dengan tagline “Jogja Jejogedan”. Agenda ini akan memperjelas kerjasama dan menjadi bagian dari Dancing Cities Network yang berpusat di Barcelona dan sudah diikuti oleh puluhan Negara di Eropa dan Amerika Latin.
Dalam penyelenggaraan tahun ini, JISP akan digelar di beberapa ruang publik yaitu Grha Sabha Pramana, seputaran area boulevard UGM dan Lapangan Pancasila UGM Yogyakarta, yang akan menampilkan kegiatan public space performance dan on stage performance. Dipilihnya ruang publiik adalah sebagai upaya untuk mendekatkan masyarakat pada kesenian dan menjadikan tempat alternative bagi kreativitas seniman.
JISP 2018 akan diikuti oleh seniman-seniman seni pertunjukan terutama musik dan tari dari manca Negara, diantaranya DINYOS Dance Company (Jepang) yang akan berkolaborasi dengan Bimo Dance Theatre (Indonesia), Kazco Takemoto (Jepang), Lelne Roebana (Belanda), Stefano Fardelli (ltalla), Rodrigo Parejo (Spanyol), Potchanan Pantham (Thailand), dan Angela Vela (Mexico).
Selain itu ada pula seniman dari Yogyakarta dan berbagai daerah di luar Yogyakarta, antara lain Sanggar Seruni dan Sanggar Dayang Molek ( Bangka Barat), Nani Topeng Losarl Sanggar Purwa Kencana (Cirebon), Ni Dance (Purworejo), Sanggar Shaka Budaya (Wonogiri), Lena Guslina ( Bandung), Kiki Rahmatika (Yogyakarta), Fitri Dance (Padang), Wangak Maumere (NTT) dan yang lainnya. Beberapa komunitas juga akan ikut berpartisipasi diantaranya, Sanggar Melanesian (Papua), Natya Laksita (Yogyakarta), Mila Art Dance (Yogyakarta), Total Perkusi (Yogyakarta), Sanggar Anak Tembi (Yogyakarta).
Acara bertaraf internasional ini, diharapkan bisa meniadi pemersatu budaya antar bangsa dan bisa membangun komunikasi dengan mengesampingkan suku, ras, agama dan golongan baik antar daerah maupun antar negara.
Kirim Komentar