Gudeg.net—Momen Ngayogjazz 2019 menjadi momen yang sangat berwarna. Selain jadi momen perayaan dan kenangan, Ngayogjazz juga menjadi momen kelahiran album perdana milik band asli Yogya, Tricotado.
Berjudul “Cakrawala” album ini banyak bercerita tentang alam. “Kami mencoba untuk membawakan puisi alam sesuai dengan intreprestasi masing-masing player,” cerita Paulus Neo Prasetyo, keyboardis/pianis band ini sebelum naik panggung di Panggung Blandar Ngayogjazz (16/11).
Di album ini akan ditemukan tujuh nomor yang semuanya berhubungan dengan alam. Dalam proses penciptaannya, mereka masing-masing membawa ide lalu menggrap materi tersebut bersama-sama.
Album ini memakan waktu sekitar dua tahun untuk diselesaikan. Di atas panggung Ngayogjazz, ketujuh lagu dalam album “Cakrawala” dibawakan untuk semua penonton Ngayogjazz 2019.
Sejak nomor pembuka, yang berisikan monolog, penonton sudah penuh berdesakan di depan panggung Blandar. Setelah nomor pembuka, lagu “Singgahi Malam” dimainkan dan diakhiri dengan tepuk tangan penonton.
Nomor lain yang dimainkan pada malam itu adalah Kabut Cinta, Bulan Sabit, dan nomor yang sama dengan judul album Tricotado, “Cakrawala”. Lagu ini memang sudah kerap dibawakan oleh Tricotado.
Band jazz dengan sentuhan etnik ini beranggotakan Cresensia Anastasia Naibaho (Vokal), Yohanes Saptanugraha (Gitar), Paulus Neo Prasetyo (Kibor), Yabes Yuniawan Sagrim (Bass), Diandra Megi Hikmawan (Kendang Sunda), dan Yosafat Windrawanto (Drum).
Nama Tricotado sendiri diambil dari bahasa Portugis dan Spanyol yang berarti merajut.
Kirim Komentar