Gudeg.net- Angkringan, nama tempat kuliner yang sangat teringat oleh para pelancong yang berwisata ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sebuah warung sederhana yang selalu berda di pinggir jalan Kota Yogyakarta. Menyediakan beragam makanan dan minuman tradisional dengan harga yang cukup terjangkau bahkan dapat dikatakan murah.
Bila dihitung mungkin ada ribuan angkringan di Kota Yogyakarta dan salah satunya ialah Angkringan Kopi Joss Lek No. Berada di tengah kota, tepatnya di sisi Utara dari Stasiun Besar Tugu Yogyakarta.
GudegNet berkesempatan menyambangi angkringan Lek No pada saat momen liburan menjelang perayaan Tahun Baru 2020 ini.
Lek No mengatakan, pengunjung angkringannya setiap hari ramai dan dimulai saat masuknya liburan Natal, terus bertambah menjelang tahun baru kali ini.
“Ya Alhamdulillah, pengunjung ramai terus, mulai dari buka hingga tutup, selain itu juga banyak pelanggan dari luar kota yang sekarang lagi liburan disini dan mampir,” ujar Lek No saat disela-sela melayani pelanggannya, Senin (30/12).
Lek No menjelaskan, bagian sisi Utara dari stasiun Tugu memang sudah menjadi wisata kuliner angkringan sejak dulu. Pada awalnya hanya terdapat dua pedagang angkringan namun saat ini hampir ada 14 angkringan.
“Dulu itu hanya ada dua, angkringan saya dan yang sebelah barat sana milik Lik Man. Tetapi sekarang sudah ada banyak sekali namun semua sudah ada langganannya sendiri-sendiri,” jelasnya.
Angkringan Lek No yang berada di los nomer dua dari deretan kawasan wisata kuliner angkringan Kopi Joss Stasiun Tugu ini memiliki cukup banyak pelanggan. Mulai dari mahasiswa, orang kantoran sampai para wisatawan yang datang dari luar kota.
“Langganan saya paling jauh itu dari Aceh Sumatera, mereka kalau liburan pasti mampir kesini untuk menikmati nasi kucing, sate dan kopi joss khas Yogyakarta. Selain itu juga ada dari kota-kota lainnya di Indonesia,” tutur Lek No.
Suasana angkringan Lek No semakin malam semakin bertambah ramai, tumpukan makanan seperti nasi kucing, sate usus, gorengan tempe tahu, sate ampela hingga sate telur puyuhpun mulai diperebutkan oleh para pengunjung.
Lek No pun tidak henti-hentinya berlalu lalang mengatarkan pesanan yang telah menumpuk dari para pelanggan atau wisatawan yang mampir ke angkringannya.
“Ini akan terus terjadi biasanya sampai H+5 tahun baru mas, tapi ya di angkringan saya, tidak tahu kalau lainnya,” tutur Lek No sambil menyiapkan piring kayu rotan berisikan pesanan.
Yang membedakan angkrigan Lek No dengan yang lainnya dikawasan ini ialah dari segi makanan yang disajikan merupakan buatan sendiri, tidak melalui antaran pemasok makanan.
“Punya saya hampir semuanya bikin sendiri tidak dari pemasok makanan, jadi kualitas benar-benar dijaga dan terlebih dari hargapun jadi sedikit lebih murah dari yang lainnya,” ungkap Lek No.
Kopi joss sendiri merupakan racikan kopi tradisional yang berasal dari kopi kental hitam yang dicampur dengan bara arang.
Percampuran antara kopi dan arang akan menghasilkan suara seperti desisan air mendidih dan akan menimbulkan gelembung yang mengeluarkan asap.
“Kopi joss itu awalnya dari anak Universitas Gadjah Mada, ketika ada yang mengalami sakit perut akibat keracunan dan dicoba mencampurkan kopi dengan arang, ternyata sembuh. Mulai saat itulah kopi joss banyak diminati dan terus berkembang,” ungkap pria yang sudah berdagang sejak tahun 1990 itu.
Angkringan Lek No buka mulai pukul 14.00-02 WIB dini hari setiap harinya dan terkadang hingga subuh bila pengunjung sedang ramai seperti leiburan Natal dan Tahun Baru ini.
“Setiap hari memang ramai, tapi kalau liburan ramainya bisa berlipat-lipat seperti liburan Tahun Baru ini dan liburan Lebaran,” pungkas Lek No.
Kirim Komentar