Gudeg.net—Sejumlah pesantren di Sleman akan menjalani tes usap (swab) massal. Tes ini diadakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman dan dijadwalkan dilaksanakan pada hari Rabu (29/7).
“Pondok Pesantren menjadi salah satu tempat yang potensial terjadinya penularan Covid-19 karena adanya interaksi terus-menerus antarpenghuni, maka kita lakukan tes swab massal,” kata Joko Hataryo, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman dalam Jumpa Pers di Pendopo Parasamya, Kantor Setda Sleman, Senin (27/7).
Jumlah pesantren yang didaftarkan di Kabupaten Sleman sendiri ada 146. Sasaran utamanya adalah 1.000 orang ustaz dan ustazah yang menerima santri.
“Agar bisa dipastikan yang menerima santri, sehat terlebih dahulu,” kata Joko lagi.
Tes usap ini akan dilaksanakan di pondok pesantren di wilayah Sleman yang sudah mengajukan surat aman Covid-19.
Joko juga mengatakan bahwa screening merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan dalam pencegahan penyebaran Covid-19.
Pesantren pertama yang dipilih untuk diadakan tes ini adalah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran di Jalan Kaliurang Km 12.5, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Pondok pesantren ini dianggap representatif untuk dilakukan pemeriksaan dan tes massal.
Tes yang dilakukan akan menggunkaan metode sampling yang diambil secara acak. Metode ini dilakukan di semua lokasi tes.
Selain tes usap massal, hari Rabu mendatang juga akan dimanfaatkan untuk merilis slogan “Cita Mas Jajar” atau “Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pakai masker, dan jaga jarak”.
Sejak awal bulan Juli 2020, pondok pesantren sudah mulai menerima kembali santri-santrinya. Penerimaan santri umumnya lalu menjalankan karantina mandiri di pesantren. Beberapa pesantren juga diketahui sudah melaksanakan protokol kesehatan sejak santri tiba.
Pemkab Sleman menargetkan 5.000 spesimen untuk dites usap dalam waktu lima minggu atau 1.000 orang perminggu sampai akhir bulan Juli.
Namun, hingga sampai saat ini tes usap baru menyentuh 2.000 spesimen. Target Pemkab Sleman dalam setahun kurang lebih 10.000 spesimen.
Menurut Joko, keterlambatan ini disebabkan oleh kondisi lab yang terbatas. Batas waktu tes akhirnya diperpanjang hingga Agustus mendatang.
Kirim Komentar