Gudeg.net - Sekelompok mahasiswa program studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial UNY merancang buku saku untuk mencegah perundungan, dengan kearifan lokal 'tepo seliro' sebagai unsur utama.
Mereka adalah Daffa Fakhri Maulana, Awang Nakulanang, Yohana Suryana, Anis Samchati dan Heri Cahyono. Dijelaskan, tepo seliro merupakan sebuah nasihat yang berarti upaya menengang perasaan orang lain, atau upaya menjaga perasaan orang lain.
Menurut Daffa, mereka merancang buku saku ini karena menurut mereka proses pendidikan karakter di sekolah melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan/ Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) masih belum maksimal.
Padahal, di sisi lain masyarakat Jawa dikenal dengan kearifan lokal berupa sikap tepo seliro yang identik dengan perilaku seperti empati, peduli, toleransi, dan gotong royong.
Dalam konteks fenomena perundungan, sikap tepo seliro merupakan karakter yang dapat dikembangkan untuk melawan fenomena perundungan tersebut.
"Apabila nilai-nilai karakter tersebut dapat dikembangkan dengan media pembelajaran pendidikan karakter, tentu saja hal ini dapat menjadi alternatif yang inovatif dalam fenomena bullying," kata Daffa seperti dikutip laman uny.ac.id, Selasa (18/5).
Buku saku ini dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain pengetahuan mengenai perundungan yang dipadukan desain grafis menarik.
Sementara itu Awang mengatakan, buku saku ini dikembangkan dengan menyesuaikan kebutuhan dunia pendidikan, di mana tengah marak terjadi fenomena bullying.
Buku saku ini, lanjut Awang, dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar PPKn sebagai salah satu mata pelajaran yang diidentikkan dengan pendidikan karakter di Indonesia. Penerapannya, dapat memanfaatkan waktu literasi selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar.
Kirim Komentar