Gudeg.net - Pada masa libur Lebaran, Dinas Pariwisata Sleman dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY bersepakat untuk kembali membuka dua candi setelah sempat tutup sejak awal pandemi.
Saat ini, terdapat tiga candi yang beroperasional menerima kunjungan wisatawan yaitu Candi Sambisari, Candi Ijo, Candi Banyunibo.
"Pada Hari kedua libur Hari Raya atau Selasa tanggal 3 Mei, kami mengoperasionalkan 2 candi lagi yang mempunyai nilai historis yang sangat menarik dan saling berkait satu sama lain, dengan retribusi masuk ke masing-masing candi enam ribu rupiah," kata Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Suparmono, dalam keterangan tertulis, Kamis (28/4). Kedua candi tersebut merupakan Candi Buddha yakni Candi Kalasan dan Candi Sari.
Menurut Suparmono, lokasi candi sangat strategis, terletak tidak jauh dari ruas Jalan Solo pada kilometer 14, atau sekitar 2 Km sebelah barat Candi Prambanan.
Ia menyampaikan, Candi Kalasan mulai buka tahun ini setelah berkoordinasi dengan Balai BPCB dan telah dinyatakan selesai proses pemugarannya.
"Harapan kami dari kemegahan situs candi, nilai cerita sejarah, dan juga letaknya yang strategis dapat menjadi tujuan alternative bagi wisatawan yang berkunjug ke DIY," katanya.
Lebih lanjut Suparmono menjelaskan para pengunjung saat ini sudah dapat masuk ke dalam bangunan candi, tetapi karena masih dalam masa pandemi, jumlah pengunjung yang masuk dibatasi.
Khusus untuk Candi Kalasan, lanjutnya, pengunjung belum diperbolehkan masuk ke dalam bangunan candi karena masalah teknis perlindungan situs. "Sebenarnya Candi Barong juga ingin kita buka, tetapi karena masih proses pemugaran belum dapat kami buka tahun ini," katanya.
Secara terpisah Zaimul Azzah Kepala Balai BPCB DIY membenarkan bahwa Candi Kalasan telah selesai proses pemugarannya dan dapat dikunjungi untuk penelitian maupun berwisata.
Lebih lanjut Azza menjelaskan bahwa Candi Kalasan mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh seluruh candi di Indonesia, yaitu adanya sebuah batu berbentuk setengah lingkaran tepat di depan tangga sisi timur.
Ini sebagai moonstone (batu bulan), yang lazim terdapat di kuil-kuil Buddha India Selatan.
"Keistimewaan lainnya adalah bagian dinding luar candi dilapisi lepa yang disebut bajralepa diartikan sebagai diamond cement sebagai lapisan seperti acian di zaman sekarang, dan juga berfungsi sebagai pencerah warna batu andesit yang hitam keabuan menjadi putih bersinar," terang Zaimul.
Ia menerangkan, Candi Kalasan yang diperkiraan oleh para peneliti lebih tua dari Candi Prambanan tersebut merupakan sebuah vihara untuk memuja Dewi Tara yang didirikan sekitar tahun 778 M.
Pada perkembangan penelitiannya, para arkeolog menghubungkan pendirian vihara dengan Candi Sari sebagai semacam asrama atau tempat tinggal para biksu yang terletak di sisi timur Candi Kalasan dengan jarak kurang lebih 500 m.
Kata “sari” berarti cantik atau elok. Penamaan tersebut, lanjutnya, kemungkinan karena Candi Sari memiliki hiasan serta corak gaya bangunan yang indah.
Di dalam tubuh candi terdapat tiga bilik (ruangan) yang berjajarn yang dihubungkan dengan pintu yang ada pada tembok pemisah. Diperkirakan, Candi Sari mempunyai 2 lantai yang disekat menggunakan kayu. Hal itu diketahui dari adanya lubang-lubang untuk meletakkan ujung balok pada bagian dindingnya.
"Candi Kalasan dan Candi Prambanan yang terpaut tidak begitu lama pendirianya menunjukkan bahwa sudah ada tatanan pemerintahan dan sistem sosial kemasyarakatan yang baik, yang terlihat adanya kerukunan beragama dan hidup berdampingan antara penganut agama Buddha dan Hindu pada masa itu," katanya.
Kirim Komentar