Pola pikir masyarakat yang beranggapan bahwa jika nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika turun maka seluruh sektor ekonomi akan terkena imbasnya sepertinya harus dipikirkan ulang. Perkumpulan pengusaha komputer Yogyakarta (Apkomindo DIY) memaparkan bahwa pemasok komputer telah melakukan strategi untuk mengantisipasi naiknya nilai mata uang Dolar Amerika terhadap Rupiah dengan melakukan subsidi silang. Dengan subsidi ini, berapapun nilai tukar Rupiah tidak akan memengaruhi harga komputer secara signifikan.
"Masyarakat sering kali ketakutan untuk membeli komputer ketika kurs naik. Padahal pihak supplier telah mengatisipasi harga komputer agar tetap dapat dibeli oleh konsumen dengan subsidi silang. Supplier juga mikir kalau-kalau barangnya tidak laku jika menaikkan harga," kata Ketua Apkomindo DIY Hadi Santono kepada GudegNet (17/11).
Hadi juga menyarankan kepada pengusaha komputer di Yogyakarta agar membuka harga dalam kurs Rupiah, bukan dalam Dolar Amerika karena semata-mata mata uang mita adalah Rupiah. Meski belum seluruhnya, namun sebagian dari pengusaha komputer di Yogyakarta telah menerapkannya. Lagipula, harga dari importir juga telah menggunakan Rupiah.
"Kami menyarankan agar anggota Apkomindo menggunakan kurs Rupiah dari pada Dolar. Kan mata uang kita Rupiah. Selain itu, importir juga telah menggunakan Rupiah dalam transaksinya," katanya.
Hal yang paling utama dalam perdagangan komputer sebenarnya bukan masalah menggunakan Rupiah atau Dolar, namun bagaimana nilai tukar Rupiah terhadap Dolar itu stabil. Pengusaha komputer akan sangat kesulitan jika nilai tukar Rupiah berubah-ubah apalagi dalam waktu yang singkat.
"Permasalahan yang penting sebenarnya bukan pada Rupiah ataupun Dolar, tapi lebih kepada stabilnya mata uang Rupiah terhadap Dolar. Jika nilai tukar Rupiah berubah-ubah apalagi dalam waktu yang singkat, pengusaha akan pusing menentukan harga," tambahnya.
Sementara itu disinggung mengenai pelaksanaan Yogyakomtek 2008 yang tahun ini diselenggarakan ketika nilai tukar rupiah pada kisaran Rp 11.000,00, Hadi menegaskan meski ada pengaruh, namun tak ada penurunan omset yang signifikan.
"Secara umum, omset penjualan pada beberapa peserta pameran mengalami penurunan pada kisaran 10 persen, namun beberapa mengatakan omset mereka tidak jauh berbeda dengan pameran tahun lalu, bahkan ada yang mengklain tahun ini omset mereka lebih banyak," ujarnya.
Secara umum, Apkomindo DIY optimis dengan bisnis komputer ke depan, terlebih bahwa komputer akan menjadi kebutuhan yang tak bisa dielakkan oleh masyarakat. Mengenai sejumlah masalah yang berkaitan dengan harga, Hadi mengklaim bahwa pasti ada jalan bagi supplier untuk tetap memasang harga yang terjangkau.
"Masyarakat sering kali ketakutan untuk membeli komputer ketika kurs naik. Padahal pihak supplier telah mengatisipasi harga komputer agar tetap dapat dibeli oleh konsumen dengan subsidi silang. Supplier juga mikir kalau-kalau barangnya tidak laku jika menaikkan harga," kata Ketua Apkomindo DIY Hadi Santono kepada GudegNet (17/11).
Hadi juga menyarankan kepada pengusaha komputer di Yogyakarta agar membuka harga dalam kurs Rupiah, bukan dalam Dolar Amerika karena semata-mata mata uang mita adalah Rupiah. Meski belum seluruhnya, namun sebagian dari pengusaha komputer di Yogyakarta telah menerapkannya. Lagipula, harga dari importir juga telah menggunakan Rupiah.
"Kami menyarankan agar anggota Apkomindo menggunakan kurs Rupiah dari pada Dolar. Kan mata uang kita Rupiah. Selain itu, importir juga telah menggunakan Rupiah dalam transaksinya," katanya.
Hal yang paling utama dalam perdagangan komputer sebenarnya bukan masalah menggunakan Rupiah atau Dolar, namun bagaimana nilai tukar Rupiah terhadap Dolar itu stabil. Pengusaha komputer akan sangat kesulitan jika nilai tukar Rupiah berubah-ubah apalagi dalam waktu yang singkat.
"Permasalahan yang penting sebenarnya bukan pada Rupiah ataupun Dolar, tapi lebih kepada stabilnya mata uang Rupiah terhadap Dolar. Jika nilai tukar Rupiah berubah-ubah apalagi dalam waktu yang singkat, pengusaha akan pusing menentukan harga," tambahnya.
Sementara itu disinggung mengenai pelaksanaan Yogyakomtek 2008 yang tahun ini diselenggarakan ketika nilai tukar rupiah pada kisaran Rp 11.000,00, Hadi menegaskan meski ada pengaruh, namun tak ada penurunan omset yang signifikan.
"Secara umum, omset penjualan pada beberapa peserta pameran mengalami penurunan pada kisaran 10 persen, namun beberapa mengatakan omset mereka tidak jauh berbeda dengan pameran tahun lalu, bahkan ada yang mengklain tahun ini omset mereka lebih banyak," ujarnya.
Secara umum, Apkomindo DIY optimis dengan bisnis komputer ke depan, terlebih bahwa komputer akan menjadi kebutuhan yang tak bisa dielakkan oleh masyarakat. Mengenai sejumlah masalah yang berkaitan dengan harga, Hadi mengklaim bahwa pasti ada jalan bagi supplier untuk tetap memasang harga yang terjangkau.
Kirim Komentar