Tahun ini, Grand Mercure Yogyakarta kembali pada nama lamanya The Phoenix Hotel Yogyakarta yang sempat dipakainya selama sepuluh tahun sejak 1993 hingga 2003.
Bergantinya nama menjadi The Phoenix Hotel Yogyakarta sekaligus mengukuhkan hotel ini menjadi koleksi kedua dari MGallery di Asia dan pertama di Indonesia, setelah yang pertama diresmikan VIE hotel di Bangkok.
Kembali digunakannya nama lama The Phoenix Hotel tak lepas dari nilai sejarah yang telah melekat pada hotel yang pertama kali berdiri pada 1918 milik pengusaha Cina asal Semarang ini.
"Koleksi dari MGallery selalu menonjolkan empat kategori yaitu visi, sejarah, desain dan lokasi. Masuknya Grand Mercure tak lepas dari sejarahnya yang telah ada sejak tahun 1900-an," kata General Manager The Phoenix Hotel Yogyakarta-MGallery Collection, Franck Loison di Phoenix Ballroom kemarin (30/03).
Peresmian brand repositioning tersebut dilakukan oleh DOP of East Indonesia & East Malaysia, Michel Vivier dan General Manager The Phoenix Hotel Yogyakarta Franck Loison kepada pemilik The Phoenix Hotel Yogyakarta Imelda Tio di Phoenix Ballroom kemarin (30/03).
Menurut DOP of East Indonesia and East Malaysia Michel Vivier, Wisatawan khususnya di Eropa dari dulu telah mengenal The Phoenix Hotel sebagai tempat singgah mereka dalam kegiatan bisnis dan wisata di Indonesia khususnya di DIY dan Jawa Tengah.
"Pasar di Eropa masih cukup tinggi untuk berbisnis dan berwisata ke Jogja. Jadi ini adalah sinyal positif bagi The Phoenix Hotel untuk menjadi hotel terbaik di Jogja," katanya.
Sementara itu Asst Public Relations Manager The Phoenix Yogyakarta Wiwied A Widyastuti juga mengaku optimis akan peluang tahun ke depan. Menurutnya, tak akan ada yang berubah dengan The Phoenix Hotel Yogyakarta, kecuali pelayanan dan fasilitasnya yang akan semakin baik.
Saat ini, The Phoenix Yogyakarta mempunyai total kamar sebanyak 144 buah yang masing-masing dilengkapi dengan TV flat sejumlah tambahan tradisional pada interiornya. Hotel bintang lima ini juga dilengkapi dengan dua ballroom serta tujuh meeting room. Selain itu, pelayanan yang lebih hangat juga menjadi salah satu yang ditawarkan hotel ini.
Untuk diketahui, The Phoenix Yogyakarta memang mempunyai sejarah yang panjang. Pertama kali berdiri pada 1918, hotel ini berubah nama menjadi Spledid pada 1930 setelah disewa oleh seorang Belanda. Pada 1942 saat Jepang berkuasa, hotel ini diubah namanya menjadi Hotel Yamato. Setelah Jepang menyerah pada 1945, hotel ini mulai kembali ke tangan Indonesia.
Pada saat bernama Hotel Merdeka pada 1951, Presiden pertama RI, Soekarno bahkan sempat berkantor sementara di hotel ini ketika ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Nama Hotel Merdeka bertahan hingga 1987, dan dikembalikan ke cucu pemiliknya, bernama Sulaeman. Setelah dilakukan renovasi pada 1993, hotel ini resmi berganti nama menjadi Hotel Phoenix Heritage.
Pada 2003, Accor Group mengambil alih manajemen dan melakukan renovasi besar-besaran pada hotel ini. Pada 14 Mei 2004, nama Hotel Phoenix Heritage diubah menjadi Grand Mercure hingga 29 Maret 2009. Pada 30 Maret 2009, nama hotel Grand Mercure kembali menjadi The Phoenix Yogyakarta.
Bergantinya nama menjadi The Phoenix Hotel Yogyakarta sekaligus mengukuhkan hotel ini menjadi koleksi kedua dari MGallery di Asia dan pertama di Indonesia, setelah yang pertama diresmikan VIE hotel di Bangkok.
Kembali digunakannya nama lama The Phoenix Hotel tak lepas dari nilai sejarah yang telah melekat pada hotel yang pertama kali berdiri pada 1918 milik pengusaha Cina asal Semarang ini.
"Koleksi dari MGallery selalu menonjolkan empat kategori yaitu visi, sejarah, desain dan lokasi. Masuknya Grand Mercure tak lepas dari sejarahnya yang telah ada sejak tahun 1900-an," kata General Manager The Phoenix Hotel Yogyakarta-MGallery Collection, Franck Loison di Phoenix Ballroom kemarin (30/03).
Peresmian brand repositioning tersebut dilakukan oleh DOP of East Indonesia & East Malaysia, Michel Vivier dan General Manager The Phoenix Hotel Yogyakarta Franck Loison kepada pemilik The Phoenix Hotel Yogyakarta Imelda Tio di Phoenix Ballroom kemarin (30/03).
Menurut DOP of East Indonesia and East Malaysia Michel Vivier, Wisatawan khususnya di Eropa dari dulu telah mengenal The Phoenix Hotel sebagai tempat singgah mereka dalam kegiatan bisnis dan wisata di Indonesia khususnya di DIY dan Jawa Tengah.
"Pasar di Eropa masih cukup tinggi untuk berbisnis dan berwisata ke Jogja. Jadi ini adalah sinyal positif bagi The Phoenix Hotel untuk menjadi hotel terbaik di Jogja," katanya.
Sementara itu Asst Public Relations Manager The Phoenix Yogyakarta Wiwied A Widyastuti juga mengaku optimis akan peluang tahun ke depan. Menurutnya, tak akan ada yang berubah dengan The Phoenix Hotel Yogyakarta, kecuali pelayanan dan fasilitasnya yang akan semakin baik.
Saat ini, The Phoenix Yogyakarta mempunyai total kamar sebanyak 144 buah yang masing-masing dilengkapi dengan TV flat sejumlah tambahan tradisional pada interiornya. Hotel bintang lima ini juga dilengkapi dengan dua ballroom serta tujuh meeting room. Selain itu, pelayanan yang lebih hangat juga menjadi salah satu yang ditawarkan hotel ini.
Untuk diketahui, The Phoenix Yogyakarta memang mempunyai sejarah yang panjang. Pertama kali berdiri pada 1918, hotel ini berubah nama menjadi Spledid pada 1930 setelah disewa oleh seorang Belanda. Pada 1942 saat Jepang berkuasa, hotel ini diubah namanya menjadi Hotel Yamato. Setelah Jepang menyerah pada 1945, hotel ini mulai kembali ke tangan Indonesia.
Pada saat bernama Hotel Merdeka pada 1951, Presiden pertama RI, Soekarno bahkan sempat berkantor sementara di hotel ini ketika ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Nama Hotel Merdeka bertahan hingga 1987, dan dikembalikan ke cucu pemiliknya, bernama Sulaeman. Setelah dilakukan renovasi pada 1993, hotel ini resmi berganti nama menjadi Hotel Phoenix Heritage.
Pada 2003, Accor Group mengambil alih manajemen dan melakukan renovasi besar-besaran pada hotel ini. Pada 14 Mei 2004, nama Hotel Phoenix Heritage diubah menjadi Grand Mercure hingga 29 Maret 2009. Pada 30 Maret 2009, nama hotel Grand Mercure kembali menjadi The Phoenix Yogyakarta.
Kirim Komentar