Menteri Pekerjaan Umum RI, Djoko Kirmanto menyatakan bahwa air di Gunung Kidul cukup melimpah. Maka dari itu, anggapan bahwa Gunung Kidul akan selalu kekeringan dan masyarakatnya kesulitan air seharusnya bisa dihilangkan.
Hal tersebut dinyatakan oleh Djoko dalam Konferensi Internasional Pengembangan Penyediaan Air Baku Daerah Karst di Indonesia, di Hotel Sahid Raya, Babarsari Yogyakarta, Selasa (9/03).
Djoko memaparkan bahwa di pegunungan kapur Gunung Kidul tersimpan air yang berlimpah di sungai-sungai bawah tanah. Kenyataan ini menjadikan tantangan besar bagi Pemerintah Provinsi DIY untuk melayani dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.
"Dengan bekal jaringan di bidang ilmu pengetahuan dan jaringan hubungan luar negeri, maka dilaksanakanlah kerjasama riset untuk mengangkat air ke permukaan yang tersimpan lebih dari seratus meter di dalam tanah," katanya.
Tapi menurutnya, memompa air ratusan meter ke atas bukan hal yang baru, akan menjadi hal baru jika hal tersebut dilakukan dengan biaya serendah-rendahnya, tapi bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Untuk itu, Pemprop DIY bersama dengan BATAN, serta menggandeng Institut Teknologi Karlsruhe Jerman untuk melakukan penelitian kemungkinan memanfaatkan tenaga air sungai bawah tanah untuk mengangkatnya ke permukaan tanah.
"Penelitian dimulai sejak tahun 2004 ini membuahkan hasil setelah pengeboran sedalam 104 meter dengan lebar 2,5 meter. Hasilnya sebuah bendungan beton yang menutup sungai di bawah Bribin, lima buah pompa yang digerakkan oleh tenaga air, satu buah pembangkit listrik mulai diuji coba pada akhir 2009. Sehingga awal tahun 2010, pompa tenaga air Bribin mampu menggantikan pompa tenaga listrik, memompa air sebesar 80 liter per detik setinggi 248 meter," tandasnya.
Djoko mengimbau masyarakat agar keberadaan air sungai bawah tanah juga harus dijaga kelestariannya. Ke depan, akan dilakukan pemetaan daerah resapan dan konservasi daerah sumber airnya sebagai upaya-upaya mempertahankan kelestariannya oleh berbagai pihak perlu diintensifkan.
Sementara itu Gubernur DIY Sri Sultan HB X melalui Staf Ahli Gubenur Bidang Pembangunan, Bayudono, mengucapkan terima kasih kepada Institut Teknologi Karlsruhe dan Pemerntah Jerman beserta jajarannya, UGM, UII, ITB dan pihak-pihak terkait sehingga proyek besar ini dapat berhasil diselesaikan.
Sultan juga menyambut baik terkait diselenggarakannya Konferensi Internasional Pengembangan Penyediaan Air Baku. Hal itu sangat penting mengingat DIY wilayahnya daerah Karst, dimana terdapat pegunungan kapur yang biasanya wilayah-wilayah tersebut sering menghadapi kesulitan air bersih khususnya di wilayah Kabupaten Gunung Kidul.
"Apalagi ketika musim kemarau, daerah ini di landa kekeringan, sehingga masyarakat di sebelah selatan Kota Wonosari tersebut untuk mendapatkan air harus berjalan beberapa kilometer," katanya seraya berharap bahwa citra dan kondisi semacam ini lambat laun akan sirna seiring dengan selesai dan beroperasinya proyek Goa Bribin tersebut.
Hal tersebut dinyatakan oleh Djoko dalam Konferensi Internasional Pengembangan Penyediaan Air Baku Daerah Karst di Indonesia, di Hotel Sahid Raya, Babarsari Yogyakarta, Selasa (9/03).
Djoko memaparkan bahwa di pegunungan kapur Gunung Kidul tersimpan air yang berlimpah di sungai-sungai bawah tanah. Kenyataan ini menjadikan tantangan besar bagi Pemerintah Provinsi DIY untuk melayani dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.
"Dengan bekal jaringan di bidang ilmu pengetahuan dan jaringan hubungan luar negeri, maka dilaksanakanlah kerjasama riset untuk mengangkat air ke permukaan yang tersimpan lebih dari seratus meter di dalam tanah," katanya.
Tapi menurutnya, memompa air ratusan meter ke atas bukan hal yang baru, akan menjadi hal baru jika hal tersebut dilakukan dengan biaya serendah-rendahnya, tapi bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Untuk itu, Pemprop DIY bersama dengan BATAN, serta menggandeng Institut Teknologi Karlsruhe Jerman untuk melakukan penelitian kemungkinan memanfaatkan tenaga air sungai bawah tanah untuk mengangkatnya ke permukaan tanah.
"Penelitian dimulai sejak tahun 2004 ini membuahkan hasil setelah pengeboran sedalam 104 meter dengan lebar 2,5 meter. Hasilnya sebuah bendungan beton yang menutup sungai di bawah Bribin, lima buah pompa yang digerakkan oleh tenaga air, satu buah pembangkit listrik mulai diuji coba pada akhir 2009. Sehingga awal tahun 2010, pompa tenaga air Bribin mampu menggantikan pompa tenaga listrik, memompa air sebesar 80 liter per detik setinggi 248 meter," tandasnya.
Djoko mengimbau masyarakat agar keberadaan air sungai bawah tanah juga harus dijaga kelestariannya. Ke depan, akan dilakukan pemetaan daerah resapan dan konservasi daerah sumber airnya sebagai upaya-upaya mempertahankan kelestariannya oleh berbagai pihak perlu diintensifkan.
Sementara itu Gubernur DIY Sri Sultan HB X melalui Staf Ahli Gubenur Bidang Pembangunan, Bayudono, mengucapkan terima kasih kepada Institut Teknologi Karlsruhe dan Pemerntah Jerman beserta jajarannya, UGM, UII, ITB dan pihak-pihak terkait sehingga proyek besar ini dapat berhasil diselesaikan.
Sultan juga menyambut baik terkait diselenggarakannya Konferensi Internasional Pengembangan Penyediaan Air Baku. Hal itu sangat penting mengingat DIY wilayahnya daerah Karst, dimana terdapat pegunungan kapur yang biasanya wilayah-wilayah tersebut sering menghadapi kesulitan air bersih khususnya di wilayah Kabupaten Gunung Kidul.
"Apalagi ketika musim kemarau, daerah ini di landa kekeringan, sehingga masyarakat di sebelah selatan Kota Wonosari tersebut untuk mendapatkan air harus berjalan beberapa kilometer," katanya seraya berharap bahwa citra dan kondisi semacam ini lambat laun akan sirna seiring dengan selesai dan beroperasinya proyek Goa Bribin tersebut.
Kirim Komentar