Dalam Festival Kethoprak se-DIY yang akan digelar pada 17-19 Desember 2010 mendatang di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), kontingen Sleman akan menyajikan lakon "Geger Karang Sambong".
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo mengatakan, penyelenggaraan festival kethoprak kali ini merupakan wahana yang positif bagi upaya pemulihan citra kepariwisataan DIY secara umum pasca erupsi Gunung Merapi.
"Saya harap festival kethoprak tersebut dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak khususnya insan budaya dan pariwisata di DIY bahwa aset budaya merupakan kekayaan lokal yang perlu terus dipertahankan," tuturnya.
Menurutnya, pada tahap selanjutnya pengemasan aset budaya merupakan langkah yang perlu terus diupayakan dan dikelola secara matang sehingga menjadi atraksi yang menarik untuk mendukung kepariwisataan daerah.
Di sisi lain penyelenggaraan festival kethoprak tentunya akan menciptakan suasana kompetisi yang positif bagi kabupaten dan kota di DIY. Dalam hal ini kejuaraan bukanlah menjadi tujuan utama, yang lebih penting adalah semangat dari pelaku budaya untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya.
Bahkan yang lebih penting lagi adalah harapan akan meningkatnya apresiasi dikalangan masyarakat terhadap aset budaya lokal yang adiluhung.
Sementara itu Kepala Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Edy Winaryo mengatakan, kontingen Sleman akan tampil pada hari kedua Sabtu 18 Desember pukul 19.30 WIB.
Kontingen Sleman diperkuat oleh 12 penari dan 14 pengrawit yang dipimpin oleh Sugiman Dwi Nurseto, sutradara Djarwo SP, pelatih Widayat BA, penata artistik Eko Ferianto S.Sn, penata busana Sri Budiyati, dan penata iringan Sugeng Surono.
Sinopsis "Geger Karang Sambong" kurang lebih bercerita tentang Sultan Agung yang mempersiapkan penyerangan terhadap pasukan Kompeni Belanda di Batavia. Raja Mataram itu menugaskan Jaka Samekta untuk membuat lumbung pangan di Kabuyutan Karang Sambong. Tapi ternyata tidak semua warga Karang Sambong mendukung pembuatan lumbung pangan tersebut.
Surakanda dan pendereknya yang berpihak kepada Kompeni Belanda berupaya dengan berbagai cara untuk menggagalkan upaya yang diemban Jaka Samekta. Akhirnya, lumbung pangan yang dibuat oleh Jaka Samekta dibakar oleh antek-antek Surakanda. Meski demikian, Surakanda tidak dapat mewujudkan apa yang diidam-idamkan, walaupun telah membuat geger masyarakat Kabuyutan Karang Sambong.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo mengatakan, penyelenggaraan festival kethoprak kali ini merupakan wahana yang positif bagi upaya pemulihan citra kepariwisataan DIY secara umum pasca erupsi Gunung Merapi.
"Saya harap festival kethoprak tersebut dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak khususnya insan budaya dan pariwisata di DIY bahwa aset budaya merupakan kekayaan lokal yang perlu terus dipertahankan," tuturnya.
Menurutnya, pada tahap selanjutnya pengemasan aset budaya merupakan langkah yang perlu terus diupayakan dan dikelola secara matang sehingga menjadi atraksi yang menarik untuk mendukung kepariwisataan daerah.
Di sisi lain penyelenggaraan festival kethoprak tentunya akan menciptakan suasana kompetisi yang positif bagi kabupaten dan kota di DIY. Dalam hal ini kejuaraan bukanlah menjadi tujuan utama, yang lebih penting adalah semangat dari pelaku budaya untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya.
Bahkan yang lebih penting lagi adalah harapan akan meningkatnya apresiasi dikalangan masyarakat terhadap aset budaya lokal yang adiluhung.
Sementara itu Kepala Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Edy Winaryo mengatakan, kontingen Sleman akan tampil pada hari kedua Sabtu 18 Desember pukul 19.30 WIB.
Kontingen Sleman diperkuat oleh 12 penari dan 14 pengrawit yang dipimpin oleh Sugiman Dwi Nurseto, sutradara Djarwo SP, pelatih Widayat BA, penata artistik Eko Ferianto S.Sn, penata busana Sri Budiyati, dan penata iringan Sugeng Surono.
Sinopsis "Geger Karang Sambong" kurang lebih bercerita tentang Sultan Agung yang mempersiapkan penyerangan terhadap pasukan Kompeni Belanda di Batavia. Raja Mataram itu menugaskan Jaka Samekta untuk membuat lumbung pangan di Kabuyutan Karang Sambong. Tapi ternyata tidak semua warga Karang Sambong mendukung pembuatan lumbung pangan tersebut.
Surakanda dan pendereknya yang berpihak kepada Kompeni Belanda berupaya dengan berbagai cara untuk menggagalkan upaya yang diemban Jaka Samekta. Akhirnya, lumbung pangan yang dibuat oleh Jaka Samekta dibakar oleh antek-antek Surakanda. Meski demikian, Surakanda tidak dapat mewujudkan apa yang diidam-idamkan, walaupun telah membuat geger masyarakat Kabuyutan Karang Sambong.
Kirim Komentar