Kaos-kaos bertuliskan Turn Back Crime semakin terkenal. Bahkan, ada yang dijual bebas di pinggir jalan dan beberapa toko sandang. Sayangnya, diantara penggunanya mungkin hanya sedikit yang tahu maknanya. Daripada disebut latah dan sok gaya, lebih baik simak dulu beberapa fakta di bawah ini :
#1 Turn Back Crime Kampanye Interpol
Turn back crime merupakan kampanye memerangi kejahatan yang diusung Interpol. Interpol menyuarakan betapa kejahatan yang terorganisir bisa sangat membahayakan serta berdampak negatif bagi manusia.
Lewat video, website serta media sosial, kampanye itu memberikan “rambu-rambu” keselamatan di area publik serta pesan ikut berkontribusi memerangi kejahatan. Salah satunya keterkaitan satu kejahatan dengan lainnya karena adanya jaringan yang bekerja di baliknya. Semisal penjualan obat-obatan palsu, narkotika, senjata bahkan perdagangan manusia.
Sedangkan kejahatan yang berjalan sendiri-sendiri semisal cybercrime, pemalsuan, tindak kekerasan kepada anak serta korupsi di bidang olah raga. Meski tampaknya terpisah, ada dugaan keuntungan dari satu aktivitas digunakan membiayai kegiatan lainnya.
#2 Turn Back Crime: Undangan Polisi Bagi Anda
Kampanye Turn Back Crime ini menjadi ajakan serius dari polisi untuk “memukul mundur” para penjahat. Polisi tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan dan partisipasi dari masyarakat. Lewat sinergi itu diharapkan kejahatan bisa diminimalisir dan meningkatkan keselamatan di masyarakat.
#3 Naas! Websitenya Turn Back Crime Justru Error
Laman Interpol.int menyebutkan turnbackcrime.com menjadi web yang menginformasikan langkah-langkah praktis melindungi diri sendiri dan keluarga. Namun, sayangnya situs yang semestinya menjadi corong informasi itu justru mengalami kerusakan. Sehingga, saat diakses justru muncul pesan: “500 - Internal server error. There is a problem with the resource you are looking for, and it cannot be displayed”.
#4 AirAsia Mendukung Turn Back Crime
Kampanye bertajuk Turn Back Crime “diatas awan” saat menggandeng maskapai internasional AirAsia. Tulisan “turn back crime” tertulis di badan pesawat perusahaan dari CEO Tony Fernandes itu.
Saat penerbangan perdananya menggunakan airbus A 320 dari bandara Nice, Perancis, sekretaris umum Interpol, Ronald K. Noble mengatakan AirAsia menunjukkan keseriusannya menjaga dan melindungi penumpangnya. “Salah satunya menggunakan INTERPOL’s I-Checklit System,” katanya.
INTERPOL’s I-Checklit System merupakan alat yang digunakan mendeteksi paspor calon penumpang dan mencocokkannya dengan database Stolen and Lost Travel Documents (SLTD) milik Interpol. Sampai tulisan diturunkan, alat ini dikabarkan mampu mendeteksi 50 orang yang coba bepergian menggunakan dokumen curian.
Sedangkan pimpinan Interpol mengatakan AirAsia membantu kampanye Interpol secara inovatif dan mengajak orang-orang di seluruh dunia untuk bergabung di kampanye Turn Back Crime lewat desain livery di bagian luar pesawat.
Fernandes mengatakan bangga menjadi bagian dari kampanye Interpol dan menunjukkan komitmen serius dalam meningkatkan keamanan dan keselamatan penumpang. “Pesawat ini akan membawa penting pesan melawan kejahatan ke lebih dari 23 negara,” katanya di laman Interpol.int. Kami mengharapkan kerja sama antara AirAsia dan Interpol mempromosikan keamanan dalam perjalanan terus berlanjut.
Sedangkan direktur eksekutif dari kampanye ini, Rorairama A. Andriani mengatakan Turn Back Crime mendukung usaha masyarakat melindungi diri sendiri dari segala bentuk kejahatan. “Dan semoga AirAsia bisa menginspirasi,” katanya. Desain Turn Back Crime ini menghiasi pesawat AirAsia selama 6 hari atau 130 jam dan akan mengelilingi 23 negara.
Editor : Albertus Indratno
Epik nih yang ketiga sama keempat. HAHA :D
Kirim Komentar