Jogja, Indonesia - www.gudeg.net Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta menggelar jumpa pers sebelum peluncuran 25 armada Trans Jogja versi baru di Babarsari, Rabu (25/5/2016).
Pertemuan itu dihadiri Kepala Dinas Perhubungan DIY, Sigit Haryanta, Kepala UPT Trans Jogja Dinas Perhubungan DIY Agus Minang Satyo Nugroho, Rizki Budi Utomo, Bidang Angkutan Darat serta Direktur Utama PT Anindya Mitra Internasional, Dra. Dyah Puspitasari serta staf lainnya.
Ada beberapa pertanyaan penting yang dirangkum tim gudeg.net dalam tulisan Pasti! Ini 9 F.A.Q. Tentang Trans Jogja yang Mencerdaskan Pembaca:
#1 Bagaimana ceritanya sampai diluncurkan Trans Jogja versi baru ini?
Sigit Haryanta (SH) : Bis Trans Jogja mengganti bis lama yang sudah beroperasi sejak tahun 2008 yang dari sisi teknis sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai angkutan umum. Bis-bis itu dikembalikan ke PT Jogja Tugu Trans (JTT) dan tidak digunakan lagi sebagai angkutan umum di Daerah Istimewa Yogyakarta. Itu asetnya menjadi milik PT JTT.
Lalu, pada tahun 2016 Dishub mendapatkan bantuan sebanyak 25 bis ukuran sedang dari Pemerintah Pusat dan semuanya digunakan sebagai pengganti armada di jalur 1A dan 1B. Jumlahnya memang tidak mencukupi. Tahun 2017 kita berharap masih ada bis baru lagi. Kita sekarang sedang meminta bis kepada pemerintah pusat mengganti semua bis Trans Jogja sekaligus pengembangan. Kita juga mendapat bantuan bis besar dari DAMRI sebanyak 5 unit. Bis-bis itu akan digunakan sebagai interkoneksi dan angkutan perkotaan.
#2 Berapa total harga bis Trans Jogja yang baru?
Agus Minang (AM) : Per bis harganya Rp. 617 juta. Total Rp. 15, 425 milyar (Rp. 617 juta x 25 unit)
#3 Apa yang membedakan fasilitas bis Trans Jogja baru dengan yang lama?
SH : Fasilitas bis Trans Jogja di dalam ada fasilitas tap untuk tiket. Lalu, di dalam bis juga ada papan trayek digital. Kemudian, ada aplikasi voice yang memberikan satu informasi kepada para penumpang tentang lokasi bis saat ini. (Semisal; ada kecelakaan di depan bis, kemacetan atau alasan sopir tiba-tiba mengerem mendadak).
#4 Apakah ada pengembangan trayek baru?
SH : Sampai tahun 2016 kita ada 8 jalur (1 A sampai 4B). Tahun 2017 kita akan mengembangkan sampai 17 jalur. Ada tambahan 9 jalur yang baru. Semua tempat akan terlayani, terutama sekolah-sekolah karena tujuan utama kita adalah sekolah. Dan total penambahan bis berjumlah 167. Jumlah bis sekarang ada 74 bis masih ada kekurangan 93 bis.
#5 Selama ini bagaimana tingkat keterisian (load factor) penumpang dari Trans Jogja?
(SH) : Rata-rata Trans Jogja setiap tahun mampu mengangkut 6,5 juta penumpang dengan tingkat keterisian rata-rata 39 persen. Sedangkan jalur 1A dan 1B relatif lebih banyak. Per tahunnya rata-rata 54 persen. Jadi kita mengganti bis ini untuk jalur 1A dan 1B dulu supaya yang terangkut lebih banyak.
Kalau kita lihat sebenarnya Trans Jogja ini sebagai layanan publik, bukan bisnis. Sehingga masih ada subsidi yang diberikan pemerintah. Efeknya bis tetap beroperasi meski di jalur sepi. Itu difokuskan kepada layanan. Kalau dihitung bisnis maka tidak akan beroperasi di jam-jam menganggur.
#6 Apakah rencana pengembangan disebabkan karena secara bisnis menguntungkan atau semata-mata demi pelayanan publik?
(AM): Secara pendapatan tidak signifikan. Tahun kemarin (2015) dapatnya 21 milliar. Trans Jogja itu tidak mencari keuntungan secara materi. Kita hanya mencoba mengurangi kemacetan dan member pelayanan kepada masyarakat.
#7 Dengan adanya Trans Jogja diharapkan kemacetan akan berkurang. Kalau selama ini parameter kemacetan yang digunakan di D.I.Y. itu seperti apa?
Rizki Budi (RB) : Ukuran kemacetan VC Ratio atau volume per kapasitas (capacity). Volume lalu lintas per kapasitas jalan. Jadi selama ini kita selalu bicara bagaimana menyediakan kapasitas jalan. Jadi yang kita utak-atik kapasitas. Volume tidak pernah kita utak-atik. Padahal, volume bertambah terus. Jadi VC Ratio pasti bertambah karena jumlah kendaraannya bertambah. Di Jogja sekarang ada 8 ribu – 10 ribu sepeda motor setiap bulan.
Bagaimana kita mengatasi kemacetan kalau itu dibiarkan? Melalui Trans Jogja kita berusaha menciptakan angkutan yang bisa memuat orang dalam jumlah banyak sehingga volumenya dari kendaraan pribadi bisa ke kendaraan massal (umum). Kalau kita bicara Trans Jogja, ada 41 orang yang bisa diangkut 1 unit bis. Kalau 41 itu mereka naik mobil semua, maka ada 41 mobil yang ada di jalan.
Nah, tugas ini sangat berat. Bagaimana manajemen lalu-lintas yang dilakukan Dinas Perhubungan diikuti kebijakan-kebijakan lain. Artinya, lewat Trans Jogja kita berusaha memindahkan manusia. Esensi transportasi memindahkan manusia. Bukan bagaimana memindahkan kendaraan.
#8 Kalau ada Trans Jogja kok Jogja tetap macet?
(SH) : Setiap tahun Trans Jogja memindahkan rata-rata 6,5 juta penumpang. Tapi kenyataannya jumlah penggunaan transportasi pribadinya lebih dari 6,5 juta.
#9 Bagaimana membuat Trans Jogja versi baru ini lebih menarik, terkait load factor yang masih rendah?
Dyah Puspitasari (DP) : Kenyataannya pelayanan trans Jogja masih rendah. Yang kita (PT AMI) lakukan melatih sopir dan pramugara secara intensif. Kedua, di bodi bis kita membuat standar pelayanan. Kita punya default itu harus ada kursi prioritas bagi difabel dan ada tulisannya. Selain itu ada fasilitas informasi berupa tulisan terima kasih telah memberi jalan di bagian belakang bis. Itu menjadi edukasi bagi masyarakat karena bis punya andil mengurangi kemacetan di jalan raya.
Editor : Albertus Indratno
Kirim Komentar