Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang harus dipenuhi setiap umat muslim yang sudah akil baliq. Sebelum usia akil baliq, orang tua sebaiknya mencoba mengajari dan mendampingi anak berpuasa, sesuai usia anak. Apa yang sebaiknya dilakukan?
Aturan puasa menurut agama Islam ialah tidak memasukkan sesuatu, baik makanan dan minuman melalui mulut, sejak imsak sampai sore saat terdengar azan Maghrib. Pada umumnya di Indonesia puasa berlangsung antara 10-12 jam. Sesungguhnya, makanan yang kita makan dapat mempertahankan kadar gula dalam darah untuk beraktivitas sampai dengan 4 jam. Setelah itu, apabila tidak ada masukan nutrisi maka tubuh mulai memecah cadangan gula yang ada di dalam hati. Dalam kurun waktu 16 jam sejak makan terakhir, apabila tetap tidak ada nutrisi yang masuk dan cadangan gula semakin menipis, tubuh akan memecah lemak dan protein, untuk tetap mempertahankan metabolisme tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berpuasa sampai 10 - 12 jam tidak akan menyebabkan tubuh terganggu.
Tubuh akan melakukan adaptasi dengan baik, yaitu menggunakan cadangan nutrisi yang ada dalam tubuh, serta memperlambat metabolisme yang ada. Menurut Dr. Titis Prawitasari dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, banyak penelitian yang menunjukkan puasa dapat digunakan sebagai salah satu cara memelihara tubuh agar selalu dalam kondisi fit.
Pada waktu berpuasa, metabolisme tubuh cenderung melambat, tetapi menjadi lebih efisien. Insulin yang berguna memasukkan gula yang dihasilkan dari makanan yang kita konsumsi pun menjadi lebih sensitif. Puasa juga terbukti menurunkan tingkat stres oksidatif dan inflamasi yang akan mencederai sel dalam tubuh sehingga secara tidak langsung turut mencegah terjadinya kanker, meningkatkan kerja sistem imun, serta mencegah terjadinya penuaan dini. Selain itu, puasa sangat baik digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi anak-anak dalam mengendalikan diri dan disiplin.
Sedangkan, menu makanan yang tepat saat sahur dan berbuka puasa memiliki varian yang dan sangat menggiurkan untuk dicoba. Umumnya menu berbuka puasa berupa makanan atau minumam yang manis. Hal itu sebetulnya sejalan dengan tubuh yang memerlukan peningkatan kadar gula darah dengan cepat, dalam waktu singkat setelah berpuasa. Jangan lupa pula perbanyak minum karena selama berpuasa tubuh sedikit mengalami dehidrasi. Hal ini ditandai dengan semakin sedikit kita buang air kecil di waktu siang hari.
Ketika sahur dan berbuka, sangat penting menyediakan makanan yang seimbang dan mengandung nutrisi lengkap antara lain: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pada waktu berbuka puasa, kita memerlukan makanan berindeks glikemik tinggi dan dapat meningkatkan kadar gula dengan cepat dalam waktu singkat, contohnya: manisan buah, buah dalam kaleng, semangka, donat, kentang, nasi serta roti. Sebaliknya makanan berindeks glikemik rendah, yang dapat mempertahankan kadar gula darah lebih lama, dianjurkan dikonsumsi saat sahur. Semisal, beras merah, ubi, kacang hijau, oatmeal, roti gandum, apel, jeruk, serta pisang.
Selain itu, perlu diperhitungkan pula kemampuan mempertahankan rasa kenyang (fullness) yang biasa didapat dari protein (lauk-pauk baik hewani maupun nabati), lemak dan serat. Kombinasi antara ketiganya dengan makanan lain dapat menurunkan nilai indeks glikemiknya, tetapi meningkatkan rasa kenyang.
Pada anak, terutama yang lebih kecil, sering kali terdapat kecenderungan sulit untuk bangun pagi saat sahur, tetapi hal ini umumnya hanya terjadi pada masa awal bulan puasa. Kesulitan ini berangsur-angsur menghilang seiring terbiasanya anak dengan jadwal yang ada. Untuk itu, dapat dicoba mulai dengan puasa tidak penuh (6-8 jam) dahulu dan perlahan ditingkatkan menjadi berpuasa hingga azan Maghrib tiba.
Jenis makanan padat saat sahur dan berbuka, sebenarnya tidak perlu berbeda dengan makanan sehari-hari. Namun demikian, seharusnya tetap memperhatikan pilihan menu agar terpenuhi kebutuhan nutrisinya secara seimbang.
Pada anak dalam terapi rumatan penyakit kronis stabil, misalnya TBC, epilepsi, asma, alergi, sindrome nefrotik, thalassemia, leukemia remisi dan lain sebagainya, obat rutin tetap harus diminum sesuai aturan, selama anak berpuasa. Untuk penggunaan obat dosis sekali sehari, obat dapat diminumkan sebelum makan sahur. Sebaliknya, untuk dosis 2 kali sehari, memang memerlukan pengaturan waktu yang disesuaikan dengan jadwal berbuka puasa. Untuk pengaturan minum obat, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter yang menangani anak, agar dicarikan jalan keluar terbaik.
Para orang tua diharapkan selalu memberi variasi makanan dalam hal bentuk, rasa, serta bahan dasarnya. Dengan demikian anak tetap berselera menikmati makan sahur dan berbuka puasa, juga menjalani puasa dengan penuh. Nah, sudahkah kita bertindak bijak?
FX. Wikan Indrarto
*) dokter spesialis anak, alumnus S3 UGM
Kirim Komentar