Yogyakarta tak pernah membosankan. Romantisme, budaya, seni, keelokan aneka wisata, bangunan-bangunan bersejarah, dan segala kehidupannya selalu meninggalkan kesan. Aneka keindahan dalam berbagai bentuk dan gaya selalu ditawarkan oleh Yogya. Tak heran jika sebagian orang mengatakan Yogya sebagai salah satu pusat estetika di Indonesia. Itu pula sebabnya, banyak orang yang mencintai Yogya, baik dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, Yogya menjadi salah satu tujuan wisata dunia yang makin ramai, juga menjadi salah satu rujukan penting dalam bidang seni.
 
Demikian juga kami, para pekerja artistik dan seniman Kompas Gramedia yang tergabung dalam kelompok MediArt, di antaranya GM Sudarta, Hari Budiono, Ipong Purnomo Sidhi, Hermanu, Barlin Srikaton, Hery Gaos, Hadi Santoso, dan beberapa pelukis lainnya, merasa memiliki romantisme dan obsesi tersendiri terhadap Yogya. Sebab itu, kami ingin mendatangi kota indah penuh kenangan ini dengan mencoba membawa hasil aktivitas estetika.
 
Mulai 22 hingga 30 Juli, MediArt mencoba memamerkan karya karyanya di sela-sela pekerjaan rutin. Pameran akan kami gelar di Bentara Budaya Yogyakarta. Kami ingin ikut mandi estetika di Yogya, sekaligus bersilaturahmi dan berinteraksi dengan seni di Yogyakarta, sekaligus ngangsu kawruh, menampung kritik dari pusat estetika demi pembelajaran dan kemajuan kami.
 
Karya-karya yang kami tampilkan sebagai bentuk kekaguman, kecintaan, dan kedekatan serta kerinduan kami akan Yogyakarta secara keseluruhan. Ada yang memotret budaya, bangunan, kehidupan, dan sebagainya.
 
“Damn..!!! We Love Yogya” merupakan cerminan rasa cinta kami kepada Yogyakarta yang menimbulkan rasa ingin kami untuk memamerkan karya di Kota Seni ini. Apa pun hasilnya akan menjadi bahan pembelajaran dan evaluasi sangat berharga, karena muncul di kota yang mempesona.
 
Semoga, apa yang kami hadirkan bisa memberi sumbangan wacana estetika, setidaknya kami ingin bersilaturahim secara estetika dan etika. Damn, we really love Yogyakarta.