Gempa 27 Mei mengguncang juga beberapa wilayah pariwisata di Jogja. Misalnya Tembi, Tanjung, Kasongan, dan Pundong. Tembi adalah sebuah kawasan Desa Budaya yang terletak di Kabupaten Bantul. Desa ini tingkat kerusakan wilayah desanya mencapai 75% yaitu meliputi kerusakan bangunan permukiman, galeri dan bengkel-bengkel produksi. Rumah budaya Tembi sendiri mengalami tingkat kerusakan sedang. Sedangkan Tanjung adalah desa wisata yang terletak di Kabupaten Sleman. Desa wisata ini menjual atraksi berupa budaya dan aktivitas masyarakat lokal (Living Culture), di mana para wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan kehidupan masyarakat pedesaan segenap aktivitas agriculture serta tradisi yang ada di Desa Tanjung.
Sentra kerajinan gerabah dan keramik Kasongan, terletak kurang lebih 10 KM dari Jogja, mencapai kerusakan wilayah desa hingga 80% yaitu kerusakan bangunan permukiman, galeri dan bengkel-bengkel produksi gerabah dan keramik. Kemudian 90% bangunan galeri yang terdapat di sepanjang jalur utama roboh. Sedangkan sentra kerajinan gerabah dan keramik serta souvenir Pundong mengalami tingkat kerusakan wilayah desa 95% yang meliputi kerusakan bangunan permukiman, galeri dan bengkel-bengkel produksi gerabah/keramik. Kios-kios dan galeri, bengkel-bengkel produksi serta pusat pelatihan pembuatan keramik mengalami kerusakan total.
Belum lagi dampak gempa tersebut mengakibatkan aktivitas produksi terhenti sebagai akibat rusaknya alat-alat dan SDM yang masih trauma akibat gempa. Terhentinya aktivitas produksi dikhawatirkan akan menimbulkan pengangguran bagi penduduk desa, karena mata pencaharian utama penduduk adalah sebagai pengrajin keramik saja.
Dalam satu bulan pasca gempa, kondisi semacam ini mau tak mau menciptakan situasi pariwisata yang fluktuatif dan sulit mendapatkan semangat optimis untuk hidup di dunia pariwisata. Karena salah satu unsur eksternal yang penting dalam dunia pariwisata adalah citra keamanan bagi wisatawan, baik domestik maupun luarnegeri. Jika wisatawan sampai mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, maka pengaruhnya adalah citra buruk, jika sampai ini terjadi maka akan berakibat yang kurang menguntungkan bagi kepariwisataan Indonesia.
Selain itu, di sejumlah desa wisata yang disebutkan di atas terdapat juga industri pendukung pariwisata yang juga terkena dampak, yaitu keramik, kerajinan tangan, perabotan dan kulit. Di Bantul, kurang lebih 14.600 unit usaha dari 21.300 unit terkena dampak gempa.
Dukungan finansial diharapkan dapat dengan segera diterima oleh para pelaku bisnis pariwisata semacam itu. Sebagai usaha kecil dan menengah (UKM), kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa mereka dapat memulihkan kondisi pariwisata dengan mulai dari perbaikan rumah dan sokongan dana untuk UKM mereka. Secara umum, mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memulai lagi proses produksi dan operasi industri kerajinan, paling sedikit 6 bulan, karena rusaknya gudang, showroom, mesin, persediaan produk, pinjaman besar di bank, dan biaya operasional harian.
Dukungan finansial langsung dapat mencakup penjadwalan ulang utang di bank, pinjaman baru untuk modal kerja, dan tempat sementara untuk proses produksi. Dua hal pertama dapat dilakukan melalui peraturan-peraturan Bank Indonesia dan inisiatif dari bank lokal yang beroperasi dengan Pemerintah atau bantuan donor, bila perlu. Pada dasarnya gempa bumi tidak berdampak besar pada jumlah dan ketersediaan tenaga kerja, dan selain kerusakan pada jalan penghubung ke sub-desa di kabupaten Bantul, tidak dilaporkan adanya kerusakan parah lainnya pada jalan, sehingga diharapkan pengiriman barang berjalan dengan normal.
Dapat digarisbawahi bahwa untuk memulihkan kondisi kepariwisataan di Yogyakarta
pada dasarnya membutuhkan eksistensi semua elemen terkait baik sektor pemerintah,
swasta, dan masyarakat. Namun yang paling penting adalah unsur keamanan wisatawan.
Dalam situasi pasca gempa ini, elemen itulah yang terpenting bagi wisatawan maupun
para karyawan industri pariwisata itu sendiri. Keamanan itu sendiri akan berhubungan
dengan citra yang akan diciptakan produk wisata tersebut. Pemulihan citra yang
diikuti dengan pemulihan kondisi produk wisata pada situasi pasca gempa saat ini
adalah segalanya.
Kirim Komentar