www.gudeg.net, Yogyakarta - Gerhana Bulan Parsial tanggal 7 Agustus 2017 sampai 8 Agustus 2017 dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia. Gerhana Bulan Parsial ini diawali dan diakhiri oleh Gerhana Bulan Penumbra. Gerhana Bulan Penumbra mulai terjadi pada tanggal 7 Agustus 2017 pukul 22.50 WIB. Setelah lewat tengah malam, tepatnya pada tanggal 8 Agustus 2017 pukul 00.23 WIB, Gerhana Bulan Parsial dapat mulai teramati.
"Gerhana Bulan Parsial tanggal 7-8 Agustus 2017 ini merupakan pasangan dari seri gerhana di bulan Agustus 2017. Dua minggu setelahnya, atau bersamaan dengan awal bulan Dzulhijjah, Gerhana Matahari Total akan dapat diamati di Amerika Serikat. Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari memang selalu terjadi berpasangan dengan selisih waktu sekitar 2 minggu. Gerhana Bulan terjadi bila cahaya Matahari terhalang oleh Bumi," jelas Yudhiakto Pramudya, Ph.D, Kepala Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan.
Secara umum, cahaya Matahari ada yang masuk ke atmosfer Bumi dan berinteraksi dengan partikel di atmosfer sehingga cahaya Matahari yang jatuh pada permukaan Bulan sudah merupakan hasil dari interkasi tersebut. Sehingga, permukaan Bulan akan berwarna kemerahan. Gerhana Bulan kali ini tidak membuat seluruh permukaan Bulan kemerahan. Hal ini karena bayangan Bumi tidak sepenuhnya menutup permukaan Bulan, hanya sebagian atau parsial. Sehingga, gerhana ini dinamakan Gerhana Bulan Parsial atau Sebagian.
"Dengan menggunakan fenomena Gerhana Bulan, maka kita bisa dengan seksama menyaksikan bentuk bayangan Bumi. Bentuk bayangan Bumi yang terlihat di permukaan Bulan berwarna kemerahan. Bentuk bayangan sejatinya representasi dari bentuk benda itu sendiri. Mengacu pada bentuk bayangan Bumi pada Gerhana Bulan sebelumnya, terlihat bahwa bentuknya melengkung. Sehingga, dipastikan bentuk Bumi adalah bola, bukan datar. Kesempatan ini memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk melakukan pengujian terhadap bentuk Bumi yang kita diami ini," tambahnya.
Selain itu, warna kemerahan pada permukaan Bulan saat gerhana, bisa berubah-ubah tingkat kemerahannya. Hal ini karena jumlah partikel yang berinterkasi dengan cahaya Matahari dapat berubah-ubah. Letusan gunung berapi dapat mengubah komposisi dan jumlah partikel di atmosfer. Baru-baru ini Gunung Sinabung kembali meletus dan mengeluarkan sejumlah material ke atmosfer. Menarik untuk dilihat dan diamati bersama fenomena Gerhana Bulan Parsial kali ini termasuk tingkat kemerahannya.
"Jadi dengan serangkaian penjelasan tadi, Gerhana Bulan Parsial pada bulan Agusus 2017 ini terasa spesial. Fenomena astronomi tidak hanya mencerahkan umat dalam bidang ilmiah namun juga meningkatkan iman kepada Allah SWT," tutupnya ramah.
Kirim Komentar