www.gudeg.net, Yogyakarta - Sehari-hari kita akrab dengan saklar, untuk menghidpkan atau mematikan lampu. Dalam pameran ini, saklar menjadi sebuah media untuk melukis dan berkesenian.
Sebanyak 208 karya yang dipamerkan adalah karya dari 105 seniman dari Indonesia dan 103 dari manca negara. Saklar-saklar yang hanya berukuran kira-kira 5 x 7 cm itu dilukis dengan beragam tema.
Seniman yang terlibat antara lain berasal dari Australia, Bangladesh, Kanada, Tiongkok, Mesir, Finlandia, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Moldova, Myanmar, Nepal, Belanda, Irlandia Utara, Filipina, Polandia, Rusia, Serbia, Singapura, Slovakia, Swedia, Taiwan, Thailand, Turki, Amerika Serikat, dan Vietnam.
Tokoh pewayangan, hewan, buah, pemandangan, dan mata antara lain menjadi obyek yang dipilih seniman. Dapat kita temui lukisan berjudul “Bima Kridha” karya LTC Pnb Urip Widodo, lukisan babi karya Bunga Jeruk dan celeng karya Joko Pekik, sebuah apel karya Wahida Ahmed dari India, pemandangan alam yang umum kita temui di media kanvas, seperti pada karya berjudul “Sawah” karya Totok Buchori dari Indonesia. Sedangkan lukisan mata antara lain dapat ditemui pada karya Agus Kamal.
Tak semua lukisan, cukup banyak juga yang memilih berekspresi dalam bentuk lain seperti kayu, perunggu, dan lainnya.
Ketika melihat satu karya rasanya ingin tahu apa yang diangkat di lukisan berikutnya, hingga tak terasa bahwa sudah ratusan karya dinikmati. Menarik untuk melihat saklar yang biasanya polos, menjadi media berkesenian para seniman dalam dan luar negeri.
Pameran yang tercatat di Museum Rekor Indonesia sebagai pameran dengan media saklar pertama ini berlangsung mulai 18 Agustus hingga 27 Agustus dari jam 9.00 hingga 21.00.
Kirim Komentar