www.gudeg.net, Yogyakarta - Ngayogjazz pertama kali dilangsungkan tahun 2007 silam di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo, Kembaran Kasihan Bantul, Yogyakarta. Dari satu dekade lalu, 10 gelaran sudah dilangsungkan. Perhelatan yang memperkenalkan desa sebagai ruang kesenian, mengajak dan belajar dari masyarakat desa, mengeksplorasi seni tradisi dan kearifan lokal, menyediakan ruang untuk mengenalkan produk-produk lokal ini selalu mengajak semua orang merayakan jazz. Karena jazz bukan hanya sekedar aliran musik, tapi juga adalah jalan hidup.
Setiap tahun tema yang diusung selalu berbeda dan sarat makna. Tahun ini tema yang dipilih adalah “Wani Ngalah Luhur Wekasane” yang bermakna siapa yang berani mengalah akan mendapatkan kemuliaan. Ngayogjazz berusaha menyentil mereka-mereka yang saat ini selalu selalu menonjolkan ego-nya, ingin menang sendiri, dan menghalalkan segala cara demi mencapai keuntungan dan tujuan pribadi maupun kelompok tertentu.
Sesuai dengan tema tersebut, dan kekhawatiran bahwa menggratiskan perhelatan sekelas Ngayogjazz bisa jadi tidak mendidik apresiasi pengunjung, jadilah Ngayogjazz 2017 ini mengeluarkan tiket. Tetapi jangan khawatir, tiket di sini adalah tiket ajakan berempati pada sesama. Penonton dihimbau untuk membawa buku kosong atau buku gambar kosong sebagai ganti tiket.
Bekerjasama dengan Komunitas Jendela, penyelenggara Ngayogjazz akan mendistribusikan buku-buku tersebut ke seluruh pelosok negeri. Jika tidak membawa buku tetapi ingin berpartisipasi, masyarakat sekitar menyediakan buku untuk dibeli dan dimasukkan ke dalam dropbox di sekitar area Pasar Jazz.
Memang tiket buku ini tidak wajib, tetapi sebuah buku yang kita sumbangkan akan berarti banyak untuk orang lain. Mari berbagi kemuliaan di Ngayogjazz 2017, wani nyumbang, luhur wekasane. Don’t forget your book, honn!
Kirim Komentar